Kesombongan dan Kezaliman Membawa kepada Kehancuran
Oleh: Hayat Abdul Latief
Allah SWT berfirman:
إِنَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلْمُسْتَكْبِرِينَ
“Sesungguhnya Dia (Allah) tidak menyukai orang-orang yang sombong.” (QS. An-Nahl: 23)
Dalam ayat lain, Allah SWT juga menegaskan:
وَتِلْكَ ٱلْقُرَىٰ أَهْلَكْنَـٰهُمْ لَمَّا ظَلَمُواْ وَجَعَلْنَا لِمَهْلِكِهِم مَّوْعِدًۭا
“Dan negeri-negeri (yang telah Kami binasakan itu), Kami binasakan mereka ketika mereka berbuat zalim, dan Kami tetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka.” (QS. Al-Kahfi: 59)
Rasulullah SAW bersabda:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ
“Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari kesombongan.” (HR. Muslim no. 91)
Dalam hadits lain, beliau juga bersabda:
اتَّقُوا الظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ القِيَامَةِ
“Hindarilah kezaliman, karena kezaliman itu akan menjadi kegelapan di hari kiamat.” (HR. Muslim no. 2578)
………..
Kesombongan dan kezaliman adalah dua sifat yang sering berjalan beriringan dan menjadi penyebab utama kehancuran individu maupun peradaban. Kesombongan membuat seseorang merasa lebih tinggi dari yang lain, menganggap dirinya paling benar, dan meremehkan orang lain. Sementara kezaliman terjadi ketika seseorang menggunakan kekuatannya untuk menindas atau merugikan orang lain secara tidak adil.
Islam dengan tegas mengecam kedua sifat ini karena dampak buruknya yang merusak tatanan kehidupan dan menjerumuskan manusia ke dalam kehancuran dunia dan akhirat. Kesombongan adalah sifat yang dibenci Allah SWT. Bahkan, makhluk pertama yang menunjukkan kesombongan adalah Iblis, yang menolak sujud kepada Nabi Adam karena merasa lebih mulia. Allah pun mengusirnya dari surga sebagai bentuk hukuman atas kesombongannya.
Kesombongan bukan hanya merusak diri sendiri, tetapi juga dapat menjerumuskan seseorang ke dalam berbagai bentuk kezaliman. Orang yang sombong cenderung merasa berhak melakukan apa pun tanpa mempertimbangkan akibatnya terhadap orang lain. Hal ini sering kali berujung pada ketidakadilan, penindasan, dan penyalahgunaan kekuasaan.
Sejarah telah mencatat bagaimana kaum ‘Ad, Tsamud, dan Fir’aun hancur karena kesombongan dan kezaliman mereka. Fir’aun, misalnya, dengan sombongnya mengaku sebagai tuhan dan menindas Bani Israil. Namun, akhirnya Allah membinasakannya dengan menenggelamkannya di Laut Merah. Kezaliman yang ia lakukan tidak hanya menghancurkannya sendiri, tetapi juga tentaranya.
Kesombongan dan kezaliman bukan hanya berdampak pada individu, tetapi juga dapat menghancurkan suatu masyarakat. Ketika sebuah bangsa atau komunitas dipimpin oleh orang-orang yang sombong dan zalim, maka ketidakadilan akan merajalela, kesenjangan sosial semakin lebar, dan akhirnya membawa kehancuran.
Sebagai seorang Muslim, kita harus menjauhi kedua sifat ini dan menggantinya dengan sikap tawadhu’ (rendah hati) serta berlaku adil dalam setiap aspek kehidupan. Orang yang rendah hati lebih mudah menerima kebenaran, lebih dicintai oleh manusia, dan lebih dekat kepada Allah SWT. Rasulullah SAW sendiri, meskipun merupakan manusia paling mulia, tetap hidup dengan penuh kerendahan hati dan kebaikan terhadap semua orang.
Dalam pandangan ulama, kezaliman dan kesombongan adalah penyakit hati yang berbahaya. Imam Al-Ghazali berkata:
الكبر مهلكة للنفس ومدخل إلى الظلم والبغي، وسبب في انحراف القلب عن الحق
“Kesombongan adalah kehancuran bagi jiwa, jalan menuju kezaliman dan kedurhakaan, serta penyebab hati berpaling dari kebenaran.”
……..
Kita harus selalu berusaha untuk menghindari kesombongan dan kezaliman dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada kebahagiaan yang hakiki bagi mereka yang sombong dan zalim. Sebaliknya, hanya dengan sikap rendah hati dan keadilanlah seseorang bisa mendapatkan keberkahan dan kebahagiaan sejati. Wallahu a’lam.
Semoga Allah SWT menjauhkan kita dari sifat sombong dan zalim – menggantinya dengan sifat tawadhu dan adil – serta membimbing kita menuju jalan yang lurus. Wallahu a’lam.
Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat!
(Khadim Korp Da’i An Nashihah dan Alumni Ma’had Aly Zawiyah Jakarta)
