Al-Qur’an: I’jaz, Khawash, dan Falsafahnya
Oleh: Yayasan Terpadu Shibghatullah
بسم الله الرحمن الرحيم
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya kepada umat manusia, utamanya berupa Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup (hudallin naas) dan rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil ‘alamin). Kitab suci ini adalah pedoman yang sempurna bagi setiap insan yang ingin hidup dalam kebenaran dan keselamatan dunia-akhirat.
Shalawat serta salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, insan kamil yang menjadi penyampai wahyu Ilahi, pengamal, sekaligus penafsir pertama Al-Qur’an.
Dalam khazanah keilmuan Islam, banyak upaya yang dilakukan oleh para ulama untuk menggali dan menjelaskan kedalaman makna Al-Qur’an. Salah satu upaya tersebut datang dari Abuya KH. Saifuddin Amsir, seorang ulama dan akademisi yang telah lama berkhidmat di dunia pendidikan, khususnya di IAIN Syarif Hidayatullah (kini UIN Jakarta) sejak tahun 1986.
Sebuah Persembahan Ilmiah: Tafsir Falsafi
Melalui perjalanan panjangnya sebagai pengajar lebih dari tiga dekade, Abuya KH. Saifuddin Amsir melahirkan karya monumental bertajuk “Kitab Al-Qur’an: I’jaz, Khawash, dan Falsafahnya.” Karya ini merupakan hasil kajian tafsir dengan pendekatan filsafat atau yang dikenal dengan istilah Tafsir Falsafi.
Dalam menyusun karya ini, Abuya merujuk pada berbagai kitab klasik dari para ulama besar, di antaranya:
Qonun At-Ta’wil
Adz-Zahab Al-Ibriz fi Hushul Al-Qur’an Al-Aziz
Jawahir Al-Qur’an karya Imam Al-Ghazali
Fadhail Al-Qur’an oleh Hafiz Ibn Katsir
‘Ajaib Al-Qur’an oleh Imam Fakhruddin Ar-Razi
Ad-Dar An-Nazim fi Khawas Al-Qur’an Al-Karim karya Imam Al-Yafi’i
Imam Al-Ghazali menjadi salah satu rujukan utama dalam pengembangan pemikiran falsafah Al-Qur’an yang dibangun Abuya. Selain itu, tokoh-tokoh seperti Fakhruddin Ar-Razi, Ibn Katsir, dan Al-Yafi’i memberikan kontribusi penting dalam memperkuat pemahaman tentang i’jaz (kemukjizatan), khawas (khasiat), dan filosofi Al-Qur’an.
Silabus Dasar Tafsir Falsafi di Dunia Akademik
Pengalaman panjang Abuya dalam dunia akademik, termasuk pengajaran hingga 17 mata kuliah di awal masa pengabdiannya, melahirkan sebuah silabus dasar Tafsir Falsafi. Silabus ini menjadi panduan pengajaran di IAIN/UIN Jakarta dalam memahami Al-Qur’an melalui pendekatan filsafat dan logika, lengkap dengan cabang-cabang ilmu tafsir seperti Tafsir Ayatul Ahkam, Tafsir Ayatul Kawn, serta penguatan dengan ilmu Mantiq dan Ilmu Hadits.
Al-Wirdul Latif: Wirid yang Sarat Filosofi Al-Qur’an
Selain dalam bentuk kitab tafsir, Abuya juga mengembangkan wirid khusus yang dikenal sebagai Al-Wirdul Latif. Wirid ini tidak hanya sebagai bacaan zikir semata, tetapi sarat akan nilai i’jaz, khawas, dan filosofi yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits. Abuya menjadikan wirid ini sebagai bagian dari penguatan spiritual sekaligus intelektual bagi umat.
Menjembatani Sunni-Syiah dalam Keilmuan
Dalam karyanya, Abuya turut mengangkat Munajat Imam Ali Zainal Abidin sebagai referensi penting untuk memperkaya spiritualitas dan sebagai ikhtiar merekatkan ukhuwah antara kalangan Sunni dan Syiah. Pendekatan ini menunjukkan keluasan wawasan dan sikap ilmiah dalam menjelajahi kekayaan khazanah Islam.
Penutup
Bagi siapa pun yang ingin mendalami i’jaz, khawas, dan filosofi Al-Qur’an, karya Abuya KH. Saifuddin Amsir ini menjadi sebuah samudera ilmu yang luas, “bahrun la sahila lahu”—samudera yang tak bertepi.
Semoga karya ini menjadi manfaat besar bagi umat Islam dan menjadi jalan untuk lebih memahami kemuliaan Al-Qur’an dari berbagai sisi, baik secara tekstual, kontekstual, maupun filosofis.
Yayasan Terpadu Shibghatullah