Rabi‘ul Awwal – Bulan Cahaya Kelahiran Nabi ﷺ
Rabi‘ul Awwal – Bulan Cahaya Kelahiran Nabi ﷺ
disusun oleh : Badrah Uyuni
Allah berfirman: “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaanmu, dia sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyayang dan pengasih terhadap orang-orang mukmin.” (QS. At-Taubah: 128)
Ayat ini menggambarkan betapa Nabi ﷺ adalah rahmat yang nyata bagi umatnya. Dan di bulan Rabi‘ul Awwal, kita memperingati kelahiran manusia termulia itu. Bagi orang beriman, ini bukan sekadar tanggal, tapi cahaya yang menuntun hidup.
Rabi‘ul Awwal berarti “musim semi pertama”. Nama ini muncul karena masyarakat Arab dahulu menandai perubahan musim.
Di bulan ini, Rasulullah ﷺ lahir ke dunia—peristiwa terbesar dalam sejarah manusia. Beliau lahir pada Senin, 12 Rabi‘ul Awwal menurut banyak riwayat, meski sebagian ulama berbeda pendapat soal tanggal pastinya.
Selain kelahiran, Rabi‘ul Awwal juga mencatat peristiwa hijrah Nabi tiba di Madinah dan wafatnya beliau. Jadi, bulan ini mengikat kelahiran, perjuangan, hingga kembalinya Nabi ﷺ kepada Allah.
Kelahiran Nabi ﷺ adalah nikmat besar. Allah berfirman: “Katakanlah: dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 58). Ulama menafsirkan, rahmat Allah yang paling agung adalah diutusnya Nabi Muhammad ﷺ.
Amaliyah yang banyak dikerjakan di bulan ini antara lain:
Maulid Nabi: membaca shalawat, sirah Nabi, doa bersama.
Shalawat harian: memperbanyak shalawat di luar acara.
Teladan akhlak: bukan sekadar perayaan, tapi menghidupkan sunnah Nabi dalam kehidupan sehari-hari.
Imam al-Suyuthi dalam Husn al-Maqsad menjelaskan bahwa memperingati Maulid dengan zikir, sedekah, dan membaca sirah Nabi adalah perbuatan baik. Meski ulama berbeda pendapat soal bentuk perayaannya, intinya semua sepakat bahwa mencintai Nabi adalah kewajiban.
Kajian Interdisipliner
Fiqh: Maulid bukan ibadah wajib, tapi dianggap sebagai sarana syukur. Hukum asalnya mubah, menjadi baik bila diisi dengan amal saleh.
Tasawuf: Rabi‘ul Awwal adalah bulan cinta. Tasawuf menekankan bahwa maulid bukan sekadar acara, tapi cara hati mengenang Rasulullah ﷺ, lalu menyalakan cinta hingga akhlak kita ikut bercahaya.
Sejarah: di bulan ini Nabi lahir, hijrah sampai di Madinah, dan wafat. Tiga peristiwa besar yang menggambarkan perjalanan lengkap seorang Rasul.
Antropologi: di Indonesia, Maulid dirayakan dengan pengajian, tahlil, shalawat, bahkan tradisi sekaten di Jawa. Di Maroko dan Mesir, ada majelis dzikir besar. Semua itu menunjukkan cinta umat Islam lintas budaya.
Seorang intelektual Muslim akan mengatakan: Rabi‘ul Awwal adalah bulan identitas umat. Dari kelahiran Nabi, umat Islam belajar bahwa sejarah kita dimulai dari sosok manusia yang hidup nyata, bukan mitos. Karena itu, memperingati Maulid adalah bagian dari menjaga memori kolektif, agar kita tidak kehilangan arah.
Seorang kiai pesantren salaf biasanya menasihati santrinya dengan bahasa sederhana: “Nak, kalau kamu cinta Nabi, bacalah shalawat. Jangan hanya hadir di Maulid lalu diam. Hidupkan sunnah beliau: shalat tepat waktu, jujur, sayang pada orang miskin. Itu maulid yang sejati.” Pesan seperti ini membuat Maulid terasa hidup, bukan sekadar acara tahunan.
Sementara seorang ulama internasional akan menekankan bahwa Maulid adalah sarana persatuan. Umat Islam di seluruh dunia, dengan berbagai budaya dan cara, sama-sama mengekspresikan cinta pada Nabi. Perbedaan bentuk jangan dijadikan bahan perpecahan. Yang penting adalah ruhnya: menyalakan cinta Nabi ﷺ di hati, agar akhlak beliau tercermin dalam umat.
Panduan Praktis
✅ Perbanyak shalawat setiap hari.
✅ Baca sirah Nabi, minimal kisah ringkas perjuangan beliau.
✅ Ikuti majelis ilmu atau peringatan Maulid dengan niat syukur.
✅ Hidupkan sunnah Nabi dalam amal sehari-hari: kejujuran, kasih sayang, dan akhlak mulia.
Doa yang baik untuk diamalkan:
“Allahumma salli ‘ala Sayyidina Muhammad, wa ‘ala ali Sayyidina Muhammad.”
(Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Nabi Muhammad dan keluarganya).
Rabi‘ul Awwal adalah bulan cinta. Dari lahirnya Nabi, kita belajar bahwa cahaya Allah hadir dalam wujud manusia mulia. Dari hijrahnya beliau, kita belajar perjuangan. Dari wafatnya beliau, kita belajar ketulusan. Maka marilah kita isi bulan ini dengan shalawat, doa, dan teladan akhlak. Sebab cinta sejati kepada Nabi ﷺ bukan hanya di bibir, tapi di amal yang kita kerjakan setiap hari.
#zawiyahjakarta
#bulanhijriyah
#rabiulawwal
#maulid