Oleh: Hayat Abdul Latief
Doa malaikat kemungkinan kecil ditolak oleh Allah subhanahu wata’ala. Apalagi yang berdoa adalah malaikat Jibril AS pemimpin para malaikat. kita banyak mendapati dalam Al-Qur’an dan hadits bahwa para malaikat mendoakan kebaikan kepada orang beriman.
Pernahkah malaikat Jibril mendoakan keburukan? Jawabanya pernah dalam hadis dari Abu Hurairah, Jabir bin Abdillah dan selainnya.
أنَّ النَّبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم صَعِدَ المِنْبَرَ فَقَالَ آمِيْنَ آمِيْنَ آمِيْنَ قِيْلَ يَا رَسُوْلَ اللهِ إنَّكَ صَعِدْتَ المِنْبَرَ فَقُلْتَ آمِيْنَ آمِيْنَ آمِيْنَ فَقَالَ إنَّ جِبْرِيْلَ عَلَيْهِ السَّلَامُ أَتَانِيْ فَقَالَ مَنْ أَدْرَكَ شَهْرَ رَمَضَانَ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ فَدَخَلَ النَّارَ فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ قُلْ آمِيْنَ فَقُلْتُ آمِيْنَ وَمَنْ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ أَوْ أَحَدَهُمَا فَلَمْ يَبِرَّهُمَا فَمَاتَ فَدَخَلَ النَّارَ فَأَبْعَدَهُ اللهُ قُلْ آمِيْنَ فَقُلْتُ آمِيْنَ وَمَنْ ذُكِرْتَ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْكَ فَأَبْعَدَهُ اللهُ قُلْ آمِيْنَ فَقُلْتُ آمِيْنَ
Bahwasanya Nabi SAW ketika menaiki mimbar, beliau berkata: “Aamiin, Aamiin , Aamiin”. Beliau ditanya: “Wahai Rasulullah, apabila engkau menaiki mimbar, engkau telah berkata aamiin, aamiin , aamiin”. Maka Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Jibril AS telah datang kepadaku, lalu dia (Jibril) berkata,
(1) “Barangsiapa yang bertemu dengan bulan Ramadhan tetapi tidak diampunkan baginya maka dia akan dimasukkan ke dalam neraka serta dijauhkan (dari rahmat) oleh Allah SWT. Katakanlah (wahai Muhammad): Aamiin. Maka aku katakan: Aamiin.
(2) Dan barangsiapa sempat dengan kedua orang tuanya tetapi tidak berlaku baik kepada meraka. Kemudian dia meninggal maka dia akan dimasukkan ke dalam neraka serta dijauhkan (daripada rahmat) oleh Allah SWT. Katakanlah (wahai Muhammad): Aamiin. Maka aku katakan: Aamiin.
(3) Dan barangsiapa yang disebut kepadanya dan dia tidak bershalawat kepadaku, maka dia akan dijauhkan (daripada rahmat) oleh Allah SWT. Katakanlah (wahai Muhammad): Aamiin. Maka aku katakan: Aamiin”. (HR. Ibnu Hibban, Al Hautsami dan selain keduanya)
Pertanyaan: Mengapa malaikat jibril sampai mendoakan keburukan semacam itu? Dan mengapa Rasulullah mengaminkannya?
Jawaban: malaikat Jibril sampai mendoakan keburukan semacam itu, menurut hemat penulis, karena dia tidak suka kepada orang yang tidak pandai memanfaatkan 3 kesempatan padahal kalau mereka memanfaatkan 3 kesempatan tersebut ada pintu surga di dalamnya. Dan Rasulullah mengaminkanya karena beliau setuju dengan malaikat Jibril AS.
Ada pula hadits yang semakna dengan hadits di atas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانَ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ أَدْرَكَ عِنْدَهُ أَبَوَاهُ الْكِبَرَ فَلَمْ يُدْخِلاَهُ الْجَنَّةَ.
“Merugilah orang yang disebutkan namaku (nama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) di hadapannya, tetapi ia tidak mau bershalawat kepadaku. Merugilah orang yang masuk Ramadhan, kemudian Ramadhan itu berlalu sebelum dosa-dosanya diampuni. Dan merugilah seorang yang mendapatkan kedua orang tuanya di waktu tua (lanjut usia), tetapi keduanya tidak dapat menyebabkannya masuk Surga.” (HR. At- Tirmidzi dari Abu Hurairah RA)
*Faedah Hadits:*
*Satu,* tidak sedikit orang yang mengharapkan dan berdoa agar berjumpa dengan Ramadhan. Sehingga merugilah orang yang mendapati bulan Ramadhan lantas tidak mengambil kesempatan amal shaleh di dalamnya dengan menyia-nyiakannya kemudian dia keluar dari Ramadhan tanpa terampuni dosa-dosanya.
Cukuplah menjadi kemuliaan Ramadhan, Al-Qur’an hanya menyebut satu bulan secara eksplisit dengan namanya, yaitu bulan romadhon.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur-an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, dan barang-siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (Al-Baqarah: 185)
Puasa diwajibkan di bulan Ramadhan. Siapa yang mengerjakannya dengan ikhlas dan ihtisab dosanya yang telah lalu, pasti diampuni. Sesuai dengan sabda Rasulullah:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760).
*Dua,* berbakti kepada orang tua disebutkan oleh Al-Qur’an setelah kita berkewajiban untuk menyembah Allah subhanahu wata’ala dan tidak mensekutukan-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT:
وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعۡبُدُوۡۤا اِلَّاۤ اِيَّاهُ وَبِالۡوَالِدَيۡنِ اِحۡسَانًا ؕ اِمَّا يَـبۡلُغَنَّ عِنۡدَكَ الۡكِبَرَ اَحَدُهُمَاۤ اَوۡ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَاۤ اُفٍّ وَّلَا تَنۡهَرۡهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوۡلًا كَرِيۡمًا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra: 23)
Berbakti kepada orang tua adalah termasuk satu diantara tiga amalan yang paling dicintai oleh Allah subhanahu wata’ala:
سَأَلْتُ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – أَىُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ « الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا » . قَالَ ثُمَّ أَىُّ قَالَ « ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ » .قَالَ ثُمَّ أَىّ قَالَ « الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ » . قَالَ حَدَّثَنِى بِهِنَّ وَلَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِى
Artinya: “Aku bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling dicintai oleh Allah ‘azza wa jalla?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Shalat pada waktunya’. Lalu aku bertanya, ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Kemudian berbakti kepada kedua orang tua.’ Lalu aku mengatakan, ‘Kemudian apa lagi?’ Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Berjihad di jalan Allah’.” Lalu Abdullah bin Mas’ud mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahukan hal-hal tadi kepadaku. Seandainya aku bertanya lagi, pasti beliau akan menambahkan (jawabannya).” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud RA)
*Tiga,* ketika Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan shalat, puasa, zakat, haji dan ibadah lainnya maka Allah menjadikan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah sebagai juklak-juknis (petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis).
Berbeda dengan sholawat, Allah subhanahu wata’ala sendiri dan para malaikat-Nya yang mencontohnya Firman-Nya:
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ ۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56)
Banyak hadits yang berkaitan dengan shalawat. Satu di antaranya hadis berikut:
مَنْ صَلَّى عَلَىَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا
“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim, dari Abu Hurairah RA)
Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat.
*(Penulis adalah Direktur Korp Da’i An-Nashihah dan Mahasiswa S2 Zawiyah Jakarta)*