Oleh: Hayat Abdul Latief
Hasad termasuk sifat yang tercela dan bagian dari penyakit hati. Allah menyuruh kita berlindung kepadanya dari pendengki. Firman-Nya:
وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
“Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki“. (QS. Al-Falaq: 5)
Pada hakekatnya hasad akan menghanguskan kebaikan kebaikan. Rasulullah SAW bersabda:
إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ أَوْ قَالَ الْعُشْبَ
Artinya: “Jauhilah hasad (dengki), kerana hasad dapat memakan kebaikan seperti api memakan kayu bakar.” (HR Abu Dawud dari Abu Hurairah).
Sejatinya orang yang hasad menghendaki agar kenikmatan yang Allah berikan kepada orang hilang atau atau lenyap, baik berpindah kepada dirinya atau tidak. Namun apabila kita menghendaki nikmat dan kebaikan yang sama, tanpa mengharapkan nikmat tersebut hilang darinya maka disebut ghibthah dan itu tidak terlarang. Rasulullah SAW bersabda:
لآحَسَدَ ألآ فيِ اثنَتَينِ رَجُلُ اتَاهُ اللٌهُ القُرانَ فَهُو يَقُومُ بِه انَأءَ اللًيلِ وَانَأءَ النَهَارِ وَرَجُلُ اعطَاهُ مَالآ فَهُوَ يُنفق مِنهُ انَأءَ الٌلَيِل وَانَأءَ النٌهَارِ.(رواه البخارى ومسلم والترمذى والنسائى وأبن ماجه).
“Tidak diperbolehkan hasad (iri hati) kecuali terhadap dua orang: Orang yang dikaruniai Allah (kemampuan membaca/menghafal Alquran). Lalu ia membacanya malam dan siang hari, dan orang yang dikaruniai harta oleh Allah, lalu ia menginfakannya pada malam dan siang hari.” (Hr. Bukhari, Tarmidzi, dan Nasa’i dari Ibnu Umar r.a)
Dan sifat sangat dianjurkan adalah munafasah atau berlomba-lomba dalam kebaikan. Firman-Nya:
وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ
“Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.” (QS. Al Muthoffifin: 26).
Dalam kitab Lathoif Al Ma’arif, Al Maktab Al Islami, cetakan pertama, 1428 H, hal. 428, Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah menerangkan; “Para sahabat memahami bahwa mereka harus saling berlomba untuk meraih kemuliaan di surga. Mereka berusaha menjadi terdepan untuk menggapai derajat yang mulia tersebut. Oleh karena itu, jika di antara mereka melihat orang lain mendahului mereka dalam beramal, mereka pun bersedih karena telah kalah dalam hal itu. Inilah bukti bahwa mereka untuk menjadi yang terdepan.”
Pelajaran yang diambil dari tulisan ini:
1. Larangan untuk mendengki atau hasad.
2. Menginkan kenikmatan yang diberikan kepada orang tanpa harus hilang nikmat tersebut maka disebut ghibthah dan itu dianjurkan.
3. Adapun berlomba-lomba dalam kebaikan, dalam mendapatkan rahmat dan cinta-Nya serta dalam mendapatkan ampunan dan jannah-Nya itu sangat dianjurkan. Wallahu a’lam.
Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat.
Penulis adalah Direktur Korp Da’i An-Nashihah dan Pelajar Ma’had Aly Zawiyah Jakarta

