
*Makanan Halal sebagai Syarat Diterimanya Ibadah*
*Oleh: Abdul Latif Husein*
### Apa sih urgensi makanan halal?
Dalam ajaran Islam, makanan tidak hanya dipandang sebagai kebutuhan jasmani semata, tetapi juga memiliki dimensi spiritual yang sangat dalam. Halal dan haram bukan sekadar label hukum, melainkan penentu keberkahan hidup seorang Muslim—termasuk diterima atau tidaknya ibadah yang dilakukan.
Salah satu hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang menegaskan pentingnya makanan halal adalah:
> **”لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ، النَّارُ أَوْلَى بِهِ”**
> *“Daging yang tumbuh dari sesuatu yang haram tidak akan masuk surga. Neraka lebih layak baginya.”*
> (HR. Ahmad: 207)
### Selain zatnya, apa penyebab makanan menjadi haram?
Dalam hadis tersebut, istilah **”سُحْتٍ” (suht)** merujuk pada sesuatu yang diperoleh secara haram, baik dari hasil mencuri, riba, korupsi, penipuan, atau pekerjaan yang tidak dibenarkan secara syariat. Artinya, meskipun zat makanan itu halal, namun jika diperoleh dari sumber haram, maka makanan tersebut tetap menjadi haram karena terkontaminasi oleh cara memperolehnya.
### Apa sih dampak dari makanan haram?
Makanan haram tidak hanya berdampak pada tubuh fisik, tetapi juga dapat merusak hati, amal, dan keberkahan hidup seseorang. Hadis lain menyebutkan bahwa doa seseorang yang mengonsumsi makanan dari sumber haram tidak akan dikabulkan (HR. Muslim).
Ini menunjukkan betapa eratnya kaitan antara makanan yang dikonsumsi dengan diterimanya ibadah seperti doa, puasa, dan haji.
### Pesan Penting: Bagaimana seharusnya sikap kita?
Hadis di atas memberi pesan tegas bahwa makanan bukan hanya urusan perut, tapi juga menyangkut urusan akhirat. Makanan halal adalah salah satu prasyarat diterimanya ibadah dan terkabulnya doa.
Oleh karena itu:
* Setiap Muslim harus berhati-hati dalam memilih dan mengonsumsi makanan.
* Perlu pengawasan yang ketat dari pemerintah terhadap sumber produksi dan distribusi makanan, termasuk dalam penerapan sertifikasi halal.
* Jangan sampai ada oknum yang menyalahgunakan label halal demi keuntungan pribadi, tanpa pertanggungjawaban syar’i.
Makanan halal adalah bagian penting dari hidup seorang Muslim. Ia bukan hanya menyangkut kesehatan fisik, tetapi juga menentukan keberkahan dan diterimanya amal ibadah. Sudah seharusnya setiap Muslim dan seluruh elemen masyarakat bersinergi untuk menjaga standar kehalalan pangan secara serius dan konsisten.
