2 Pesan Ibadah Qurban: Menumbuhkan Sifat Dermawan Dan Menyembelih Sifat Binatang

 

 

Oleh: Hayat Abdul Latief

 

Kata qurban merupakan bentuk masdar dari kata Qaruba, Yaqrabu yang memiliki arti dekat. Ibadah mahdhoh dan ibadah sosial bagi seorang muslim merupakan bentuk pendekatan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala atau taqarrub ilaa Allah.

 

*Berqurban: Bukti Kedermawanan*

 

Mari kita simak sabda Rasulullah shalallahu’ alaihi wasallam:

 

من كان له سَعة ولم يضح فلا يقربن مصلانا رواه ابن ماجه.

 

“Barang siapa yang mempunyai keluasan rizki, namun tidak berkurban, maka jangan sekali-kali ia mendekati tempat shalat kami”. (HR. Ibnu Majah)

 

Ada ancaman dari Rasulullah dalam hadis ini, orang yang memiliki keluasan Rizki namun tidak berkurban, maka tidak usah ikut salat idul Adha bersama beliau. Di waktu Dhuha tanggal 10 Dzulhijjah, bagi orang yang yang tidak memiliki keluasan Rizki hanya mendapatkan 1 perintah shalat idul Adha. Namun bagi yang memiliki keluasan rizki, ada dua perintah yakni shalat idul Adha dan berkurban. Sesuai dengan surat Al-Kautsar ayat 1-2:

 

اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ

 

“Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak. Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).” (QS. Al-Kautsar: 1-2)

 

Seolah-olah Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam mengatakan kepada orang kaya yang tidak berkurban: Keshalehan individu harus disertai dengan keshalehan sosial. Tidak ada artinya hubungan baikmu dengan Allah subhanahu wata’ala, kalau engkau tidak memiliki sifat dermawan yang dengannya engkau memiliki hubungan yang baik dengan manusia yang mendapat manfaat dari kedermawananmu.

 

*Berqurban: “Menyembelih” Sifat Binatang*

 

Menurut Ali Syariati, hakikat berkurban adalah menyembelih segala kendala yang menghalangi “perjalanan” menuju Tuhan. Semua sifat binatang pada diri manusia harus “disembelih” sehingga yang tersisa adalah sifat kemanusiaan.

 

Kalau kita cermati, ada 4 istilah penting kata-kata Ali Syariati berkaitan dengan qurban:

 

*Menyembelih Seluruh Penghalang Menuju Allah subhanahu wata’ala*

 

Ada banyak penghalang yang menghambat perjalanan menuju Allah. Ada penghalang eksternal dan ada penghalang internal. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

 

قُلْ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَٰنُكُمْ وَأَزْوَٰجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَٰلٌ ٱقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٍ فِى سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُوا۟ حَتَّىٰ يَأْتِىَ ٱللَّهُ بِأَمْرِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْفَٰسِقِينَ

 

“Katakanlah: “jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. At-Taubah: 24)

 

Penghalang eksternal, selain iblis dan syetan menurut ayat di atas:

 

1. Orang tua,

2. Anak-anak,

3. Saudara,

4. Istri,

5. Kaum keluargam,

6. Harta kekayaan

7. Perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya,

8. Tempat tinggal yang kamu sukai.

 

Ayat ini menurut Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah, turun bersama ayat sebelumnya untuk mereka yang tidak mau hijrah menuju Madinah sebab lebih memilih keluarga dan perniagaannya (Tafsir as-Sa’di). Oleh karena itu, menurut Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, Allah menyebutkan sebab yang melazimkan hal itu, yaitu bahwa kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya wajib didahulukan di atas kecintaan kepada apa pun, dan menjadikan segala sesuatu menginduk kepadanya.

 

Penghalang internal manusia menuju Allah subhanahu wata’ala adalah hati dan nafsunya.

 

Hati merupakan radar manusia untuk menangkap gelombang ilahi sebagai penghubung antara hamba dengan Tuhannya. Bila terdapat gangguan di dalam hati manusia maka terganggu pula hubungannya dengan Allah. Firman-Nya:

 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱسْتَجِيبُوا۟ لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ ۖ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ ٱلْمَرْءِ وَقَلْبِهِۦ وَأَنَّهُۥٓ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ

 

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan.” (QS. Al-Anfal: 24)

 

Kemudian Allah menyampaikan seruan yang ketiga kepada orang-orang beriman untuk menjalankan konsekuensi keimanan mereka dengan bersegera mentaati perintahnya dan mendakwahkannya dengan penuh kerelaan, kesiapan, dan semangat; karena dalam seruan Allah dan para rasul-Nya terdapat kehidupan bagi hati dan ruh, yaitu kehidupan yang baik di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Dan janganlah kalian sekali-kali menolak perintah Allah pada saat pertama kali diturunkan, karena itu dapat menyebabkan kalian terhalang dari-Nya dan hati kalian akan saling berselisih. Allah adalah pengatur antara seseorang dengan hatinya, Dia membolak-balikkan hati itu sesuai kehendak-Nya. Dan ketahuilah bahwa kalian akan dikumpulkan pada hari yang tidak diragukan kedatangannya, agar orang yang baik mendapatkan balasan kebaikannya, dan orang yang jahat mendapatkan balasan kejahatannya. Dinukil dari Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta’dzhim al-Qur’an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur’an Universitas Islam Madinah. (tafsirweb)

 

Nafsu bisa menjadi penghalang perjalanan menuju Allah subhanahu wata’ala. Benar apa yang disabdakan oleh Rasulullah sallallahu’alaihi wasallam:

 

عَنْ أَبِي مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ العَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: «لاَيُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ هَوَاهُ تَبَعاً لِمَا جِئْتُ بِهِ» حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ رُوِّيْنَاهُ فِي كِتَابِ الحُجَّةِ بِإِسْنَادٍ صَحِيْحٍ.

 

Dari Abu Muhammad Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu ‘anhuma berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak beriman seorang dari kalian hingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa.” (Hadits hasan sahih, kami meriwayatkannya dari kitab Al-Hujjah dengan sanad shahih).

 

*Perjalanan Menuju Allah subhanahu wata’ala*

 

*Tujuan Hidup Manusia*

 

Tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT, Sang Maha Pencipta sebagaimana difirmankan Allah dalam Al- Qur’an Surat Adz-Dzaariyaat ayat 56 yang berbunyi “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” dan Surat Al-Baqarah ayat 21 yang mengatakan “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa”. Beribadah berarti melaksanakan segala sesuatu (yang baik) dengan semata mengharap ridla Allah. Bertaqwa artinya menjalankan segala yang diperintahkan olehNya dan meninggalkan segala yang dilarang oleh-Nya.

 

Manusia juga, diberi kepercayaan oleh Allah SWT untuk menjadi khalifah (pemimpin) di muka bumi. Tugas kekhalifahan ini terpatri dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 30 yang berbunyi: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’…” Kepemimpinan itu dimulai dengan memimpin diri (hawa nafsu)nya sendiri, keluarga, dan kemudian berkembang ke memimpin lingkungan yang lebih luas.

 

*Membersihkan Hati dengan Dzikrullah dan Tilawatil Qur’an*

 

Membersihkan hati dan menolak kehendak hawa nafsu yang keji itu fardlu ‘ain hukumnya. Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam emberikan bimbingan bahwasanya bersihnya hati dengan dzikir.

 

عَنِ ابن عُمَرَ رَضَيِ اللٌهُ عَنهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللٌهِ صَلَيِ عَلَيهِ وَسَلٌمَ اِنٌ هذِهِ القُلُوبَ تَصدَأ الحَدِيدُ اِذَا أصَابَهُ المَاءُ، قِيلَ يَارَسُولَ اللٌهِ وَمَا جِلآوُهَا ؟ قَالَ كَثُرَةُ ذِكرِ الَموتِ وَتلآوَةُ القُرانِ. (رواه البيهقي في شعب الإيمان)

 

Dari Abdullah bin Umar radhiallahu’anhuma berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya hati ini dapat berkarat sebagaimana berkaratnya besi bila terkena air.” Beliau ditanya “Wahai Rasulullah , bagaimana cara membersihkannya?” Rasulullah bersabda, “Memperbanyak mengingat maut dan membaca Al-Qur’an .” (HR. Al-Baihaqi dalam Syuabul Iman)

 

Sedangkan Syaithan menutup hati manusia itu dengan mengembangkan ‘nafsul-ammarah bissu’ (nafsu yang membawa kejahatan) yang memang sudah ada pada diri manusia. Hawa- nafsu itu mendorong pada tindak kejahatan dan pemenuhan kesenangan pribadi dan syahwat nalurinya.

 

*Menyembelih Sifat Binatang*

 

Sedikitnya ada 4 sifat kebinatangan yang harus dibunuh dalam diri manusia. Sifat-sifat kebinatangan itu antara lain

 

1. rakus,

2. keras kepala,

3. tidak selektif

4. tidak memiiki rasa malu.

 

*Mengokohkan Sifat Kemanusiaan*

 

Allah subhanahu wata’ala ketika menganugerahkan kehidupan kepada manusia, pada hakikatnya yang dimaksud bukan sekadar menjadikannya mampu untuk menghirup dan menghembuskan nafas, tetapi kehidupan dalam pandangan agama adalah kehidupan rohani.

 

Pada sisi biologis, manusia banyak memiliki persamaan dengan binatang. Jelas, postur dan susunan anggota tubuh manusia paling sempurna. Bedanya manusia memiliki kehidupan rohani sedangkan binatang tidak memilikinya. Selain itu, manusia juga diberi akal yang dengan itu manusia dapat membedakan antara baik-buruk dan dapat membedakan mana yang bermanfaat dan mencelakai dirinya.

 

Kehidupan rohani manusia, menurut Al-Qur’an, akan berkembang dan tumbuh dengan baik dengan iman amal sholeh, menyembelihnya menyembelih sifat-sifat binatang dan menyambut seruan Allah untuk mengerjakan perintah yang diserahkan kepada manusia.

 

*Permusuhan Syaithan*

 

Allah subhanahu wata’ala sudah menegaskan bahwa syetan adalah musuh yang nyata bagi manusia. Firman-Nya:

 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ كُلُوا۟ مِمَّا فِى ٱلْأَرْضِ حَلَٰلًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ

 

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 168)

 

Juga firman-nya:

 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلْإِنسَٰنُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ ٱلْكَرِيمِ

 

Terjemah Arti: “Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah.” (QS. Al-Infithar: 6)

 

Terjemah Tafsir: “Wahai manusia yang mengingkari kebangkitan,apa yang membuatmu tertipu terhadap tuhan yang maha pemurah,pemilik kebaikan melimpah,yang berhak ditaati dan disyukuri? Bukankah Dia yang telah menciptakanmu dan membaguskan penciptaanmu lalu dia menyempurnakannya. Dan menyusun tubuhmu untuk menunaikan tugas tugasmu? Dia maha kuasa untuk menciptakan kalian dalam bentuk apa pun yang dia kehendaki. (Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia)

 

Permusuhan syetan terhadap manusia ada upaya-upaya setan untuk menghalangi jalan menuju Allah subhanahu wata’ala. Disebutkan dalam Al-Qur’an:

 

قَالَ فَبِمَآ أَغْوَيْتَنِى لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَٰطَكَ ٱلْمُسْتَقِيمَ ثُمَّ لَاٰتِيَنَّهُمْ مِّنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ اَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَاۤىِٕلِهِمْۗ وَلَا تَجِدُ اَكْثَرَهُمْ شٰكِرِيْنَ

 

Terjemah Arti: “Iblis menjawab : “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan menghalangi mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan belakang mereka, dari kanan dan kiri mereka dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (QS. Al-A’raf : 16-17)

 

Terjemah Tafsir: “Mendengar pernyataan Allah tersebut, iblis menjawab, karena engkau telah menyesatkan aku dengan menetapkan kesesatan padaku sampai hari kiamat, aku bersumpah pasti aku akan selalu menghalangi mereka, adam dan anak cucunya, dari jalan-Mu yang lurus, yaitu jalan kebaikan yang dapat mengantarkan manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Kemudian, kata iblis melanjutkan, untuk mewujudkan tujuanku ini, aku akan menempuh berbagai cara. Pasti aku akan mendatangi mereka dari segala penjuru: dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. Dan karena manusia amatlah lemah, engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur atas nikmat-nikmat-Mu.”

Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI (tafsirweb)

 

Ibnu Abbas menafsirkan, syetan menghalangi manusia dari jalan Allah dari depan, maksudnya adalah dari perihal akhirat, agar manusia tidak percaya kepadanya dan lalai mengumpulkan bekal untuknya.

 

Di belakang maksudnya, dari perihal duniawi yang pasti ditinggalkan, agar manusia cinta dunia dan tidak memikirkan akhirat.

 

Dari kanan maksudnya, dari perihal kebaikan, agar manusia enggan mengerjakannya.

 

Dan dari kiri maksudnya, dari perihal keburukan. Syetan menghiasi keburukan seolah terasa indah bagi manusia.

 

Walhasil, syetan yang notabene musuh yang nyata bagi manusia berusaha untuk menggelincirkan manusia agar lupa tujuan penciptaannya untuk ibadah, gagal menjadi pemimpin untuk dirinya keluarga dan rakyatnya, menumbuhsuburkan sifat binatang, mematikan kehidupan rohani, dan berusaha agar hati manusia terus berkarat tanpa pancaran sinar ilahi. Sehingga kita dianjurkan untuk memohon perlindungan kepada Allah subhanahu wata’ala dari godaan syetan yang terkutuk (ta’awwudz). Wallahu a’lam.

 

Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat.

 

*(Penulis adalah Khadim Korp Da’i An-Nashihah dan Mahasiswa S2 Zawiyah Jakarta)*

 

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *