Oleh; Hayat Abdul Latief

 

Perjanjian waktu terus bergulit. Detik menjad menit, menit menjadi jam, hari, pekan, bulan tahun dan seterusnya. Mari mentadabburi ayat Al Qur’an,

 

إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَٱلَّذِينَ هَاجَرُوا۟ وَجَٰهَدُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ أُو۟لَٰٓئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ ٱللَّهِ ۚ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

 

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Baqarah: 218)

 

Untuk mendapatkan kasih sayang Allah SWT – dibimbing dan bahagia dunia-akhirat- menurut ayat di atas, seseorang harus memiliki 3 karakteristik, yaitu iman, hijrah dan jihad.

 

*Iman*

 

“Kita beriman kepada Allah, para malaikat-Nya، kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir dan kepada qadar (taqdir) baik dan buruk dari-Nya.”

 

Ada 5 karakter iman:

 

1. Diucapkan oleh lisan,

2. Dibenarkan oleh hati,

3. Dikerjakan oleh anggota badan,

4. Bertambah karena taat.

5. Berkurang sebab dosa dan maksiat.

 

*Hijrah*

 

Rukun hijrah:

 

1. Sesuatu yang ditinggalkan.

2. Sesuatu yang dituju.

 

Lima syarat hijrah:

 

1. Kebersihan hati,

2. Niat yang kuat,

3. Tidak menunda hijrah،

4. Berteman dengan orang shaleh,

5. Sabar dan tahan uji dalam proses Hijrah.

 

Awal Hijrah itu taubat dan akhir perjalananya Husnul khatimah.

 

*Ayat-ayat hijrah:*

 

فَـَٔامَنَ لَهُۥ لُوطٌ ۘ وَقَالَ إِنِّى مُهَاجِرٌ إِلَىٰ رَبِّىٓ ۖ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ

 

“Maka Luth membenarkan (kenabian)nya. Dan berkatalah Ibrahim: “Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku (kepadaku); sesungguhnya Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al ‘Ankabut: 26)

 

Ayat di atas menjelaskan hijrahnya nabi Ibrahim AS dari Irak (Babilonia) ke Syam, ke Mesir dan ke Mekah.

 

فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ ۖ إِنِّي لَكُمْ مِنْهُ نَذِيرٌ مُبِينٌ

 

“Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu.” (QS. Adz-dzariyat: 50)

 

Begitu pentingnya menuju Allah SWT, sehingga kita disuruh berlari menyongsongnya.

 

فَخَرَجَ مِنۡهَا خَآٮِٕفًا يَّتَرَقَّبُ‌ قَالَ رَبِّ نَجِّنِىۡ مِنَ الۡقَوۡمِ الظّٰلِمِيۡنَ

 

Maka keluarlah dia (Musa) dari kota itu dengan rasa takut, waspada (kalau ada yang menyusul atau menangkapnya), dia berdoa, “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zhalim itu.” (QS. Al Qashas: 21)

 

Ayat di atas menerangkan hijrahnya nabi Musa AS ke negeri Madyan, berjumpa dengan wanita penggembala yang kemudian hari menjadi istrinya.

 

Hijrah dalam konteks Sirah Nabawiyah, pindahnya nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya dari Mekah menuju Yatsrib kemudian berganti nama menjadi Madinatun Nabi atau Madinah.

 

Hijrah secara bahasa berarti pindah atau meninggalkan. Dalam tinjauan agama hijrah terbagi menjadi dua, yakni hissiyah (hijrah fisik) atau makaniyah (hijrah tempat) dan maknawiyah (hijrah non fisik atau hijrah i’tiqadiyah, fikriyah, syu’uriyah dan sulukiyah).

 

*Jihad*

 

Jihad dalam Islam adalah berjuang atau usaha secara sungguh-sungguh dalam berbagai konteksnya. Dengan pengertian ini menuntut ilmu juga bagian dari jihad fisabilillah.

 

مَنْ خَرَجَ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ، فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللهِ حَتَّى يَرْجِع

 

“Siapa saja yang keluar rumahnya untuk menuntut ilmu, maka dia fisabilillah hingga pulang.” (HR. At Tirmizi).

 

Alhasil, siapa yang ingin mengharapkan Rahmat Allah subhanahu wata’ala, maka jadilah mu’min, muhajir dan mujahid seperti yang dikehendaki oleh Allah dan rasul-Nya. Wallahu a’lam.

 

Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat.

 

*(Penulis adalah Khadim Korp Da’i An-Nashihah dan Mahasiswa S2 Zawiyah Jakarta)*

 

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *