Di antara ibadah yang dapat dilakukan di bulan ini adalah shalat malam nisfu Sya’ban.
روي عن الحسن أنه قال حدثني ثلاثون من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم إن من صلى هذه الصلاة في هذه الليلة نظر الله إليه سبعين نظرة وقضى له بكل نظرة سبعين حاجة أدناها المغفرة
“Diriwayatkan dari Al-Hasan (Hasan Basri) bahwa beliau berkata; “Telah meriwayatkan kepadaku tiga puluh sahabat Nabi Saw. Sungguh orang yang menunaikan shalat ini pada malam ini (nisfu Sya‘ban), maka Allah akan memandangnya sebanyak tujuh puluh kali dan setiap pandangan Dia (Allah) akan memenuhi tujuh puluh kebutuhan. Sekurang-kurangnya kebutuhan adalah ampunan (ampunan dosa dari Allah)”.
Menurut Imam Murtadha al Zabidi dalam kitab Ittihaf Saadat al Muttaqin yang merupakan syarah dari kitab Ihya’ Ulumiddin, para ulama khalaf telah mewarisi para ulama salaf dalam menghidupkan malam nisfu Sya’ban dengan melakukan shalat enam rakaat setelah shalat maghrib, dengan perincian setiap dua rakaat satu kali salam. Setiap satu rakaat membaca surat al-Fatihah satu kali dan surah al-Ikhlas enam kali. Setelah menyelesaikan sholat, dianjurkan membaca surah Yasin satu kali dan berdoa dengan doa yang telah masyhur, yaitu doa malam nisfu Sya’ban dan berdoa memohon kepada Allah agar diberi keberkahan didalam umurnya, agar diberi keberkahan didalam rizkinya dan agar diberi keberkahan mendapat predikat husnul khatimah.
Imam Syafii rahimahullah juga berkata : “Doa mustajab adalah pada 5 malam, yaitu malam jumat, malam idul Adha, malam Idul Fitri, malam pertama bulan rajab, dan malam nisfu sya’ban” (Sunan Al Kubra Imam Baihaqiy)
Nisfhu Sya’ban terdiri dari dua kata yaitu Nishfu dan Sya’ban. Nishfu sendiri artinya tengah atau pertengahan. Sedangkan Sya’ban adalah bulan kedelapan dalam kalender Islam. Dinamakan Sya’ban, karena orang-orang Arab pada bulan-bulan tersebut yatasya’abun = berpencar untuk mencari sumber mata air.
Dikatakan juga karena mereka tasya’ub = berpisah-pisah di gua-gua. Dan dikatakan juga sebagai bulan Sya’ban karena bulan ini muncul = sya’aba di antara dua bulan Rajab dan Ramadhan. Sya’ban diambil kosa kata bahasa Arab yang berasal dari kata syi’ab yang artinya jalan di atas gunung.
Sabda Rasulullah saw : “Allah mengawasi dan memandang hamba hamba Nya di malam nisfu sya’ban, lalu mengampuni dosa dosa mereka semuanya kecuali musyrik dan orang yg pemarah pada sesama muslimin” (Shahih Ibn Hibban hadits no.5755)
Dalam Riwayat lain berkata Aisyah ra : disuatu malam aku kehilangan Rasul saw, dan kutemukan beliau saw sedang di pekuburan Baqi’, beliau mengangkat kepalanya kearah langit, seraya bersabda : “Sungguh Allah turun ke langit bumi di malam nisfu sya’ban dan mengampuni dosa dosa hamba Nya sebanyak lebih dari jumlah bulu anjing dan domba” (Musnad Imam Ahmad hadits no.24825)
Diriwayatkan dari Siti A’isyah ra berkata, :”“Suatu malam rasulullah salat, kemudian beliau bersujud panjang, sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah telah diambil, karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah usai salat beliau berkata: “Hai A’isyah engkau tidak dapat bagian?”. Lalu aku menjawab: “Tidak ya Rasulullah, aku hanya berfikiran yang tidak-tidak (menyangka Rasulullah telah tiada) karena engkau bersujud begitu lama”. Lalu beliau bertanya: “Tahukah engkau, malam apa sekarang ini”. “Rasulullah yang lebih tahu”, jawabku. “Malam ini adalah malam nisfu Sya’ban, Allah mengawasi hambanya pada malam ini, maka Ia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang dan menyingkirkan orang-orang yang dengki” (H.R. Baihaqi) .
Diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Asy’ari RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah pada malam nishfu Sya’ban mengawasi seluruh mahluk-Nya dan mengampuni semuanya kecuali orang musyrik atau orang yang bermusuhan.” (HR Ibnu Majah)
Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib KW bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Jika malam nishfu Sya’ban tiba, maka salatlah di malam hari, dan berpuasalah di siang harinya, karena sesungguhnya pada malam itu, setelah matahari terbenam, Allah turun ke langit dunia dan berkata, Adakah yang beristighfar kepada Ku, lalu Aku mengampuninya, Adakah yang memohon rezeki, lalu Aku memberinya rezeki , adakah yang tertimpa bala’, lalu Aku menyelamatkannya, demikian seterusnya hingga terbitnya fajar.” (HR Ibnu Majah).
Para ulama’ berpendapat bahwa siapapun yang melaksanakan shalat seperti tata cara ini, maka ia akan diberi segala apa yang diinginkan. Selanjutnya, Imam al Zabidi menyatakan bahwa tata cara shalat ini masyhur di dalam kitab-kitab ulama muta’akhkhirin yang diantaranya adalah para ulama’ sufi. Namun, beliau belum pernah melihat sandaran yang shahih dari hadis mengenai shalat ini dan doanya, hanya saja hal itu adalah termasuk dari amaliyah para masayikh.
Disusun oleh: Badrah Uyuni
 #zawiyahjakarta #nishfusyaban

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *