Oleh: Hayat Abdul Latief

 

Segala sesuatu ada indikatornya. Lantas, apakah indikator atau standar seseorang dianggap beradab kepada Allah SWT?

 

Dibawah ini beberapa indikator seorang muslim beradab kepada Allah SWT:

 

a. Terhadap nikmat Allah subhanahu wa ta’ala yang tidak terhingga dan tidak terbatas, bersyukurlah dan memanfaatnya sebaik-baiknya di jalan kebenaran. Jikalau seseorang mengkufurinya, maka sama sekali tidak beradab terhadap-Nya. Allah SWT berfirman;

 

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ

 

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”(QS. Ibrahim: 7)

 

b. Terhadap sifat ke-Maha Tahuan Allah terhadap segala sesuatu, penuhilah hati hati ini dengan rasa takut dan pengagungan terhadap-Nya. Karena apapun yang kita lakukan, baik secara terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi, pasti diketahui-Nya. Allah SWT berfirman;

 

وَمَا تَكُونُ فِى شَأْنٍ وَمَا تَتْلُوا۟ مِنْهُ مِن قُرْءَانٍ وَلَا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلَّا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ ۚ وَمَا يَعْزُبُ عَن رَّبِّكَ مِن مِّثْقَالِ ذَرَّةٍ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فِى ٱلسَّمَآءِ وَلَآ أَصْغَرَ مِن ذَٰلِكَ وَلَآ أَكْبَرَ إِلَّا فِى كِتَٰبٍ مُّبِينٍ

 

“Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Yunus: 61)

 

c. Hanya ada satu tempat berlari untuk mohon perlindungan, yaitu Allah subhanahu wa ta’ala. Tidak beradab jikalau kita berlari menuju kepada selain-Nya. Allah SWT berfirman;

 

فَفِرُّوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ ۖ إِنِّى لَكُم مِّنْهُ نَذِيرٌ مُّبِينٌ

 

“Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu.” (Adz-Dzariyat: 50)

 

d. Terhadap ke-Maha Lemah Lembutan-Nya, hendaklah kita tunduk di hadapan-Nya, berdoa dan mengharapkan karunia-Nya. Rahmat-Nya melingkupi segala sesuatu. Apabila kita putus asa, maka dianggap tidak beradab terhadap-Nya. Allah SWT berfirman;

 

…وَلَا تَا۟يْـَٔسُوا۟ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ ۖ إِنَّهُۥ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلْقَوْمُ ٱلْكَٰفِرُونَ

 

“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS. Yusuf: 87)

 

e. Terhadap sifat-Nya Yang Maha Kuat, Yang Maha Hebat dan betapa dahsyat azab-Nya, maka tidak selayaknya kita bermaksiat kepada-Nya, karena itu bukanlah sebuah adab yang layak untuk-Nya. Allah SWT berfirman;

 

اِنَّ بَطۡشَ رَبِّكَ لَشَدِيۡدٌ اِنَّهٗ هُوَ يُبۡدِئُ وَيُعِيۡدُ‌ وَهُوَ الۡغَفُوۡرُ الۡوَدُوۡدُۙ ذُو الۡعَرۡشِ الۡمَجِيۡدُ فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيۡدُ

 

“Sungguh, azab Tuhanmu sangat keras. Sungguh, Dialah yang memulai pen-ciptaan (makhluk) dan yang menghidupkannya (kembali). Dan Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Pengasih, yang memiliki ‘Arsy, lagi Maha Mulia, Maha Kuasa berbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Al-Buruj: 12-16)

 

f. Hendaklah kita selalu berbaik sangka kepada Allah subhanahu wa ta’a jangan pernah sedikitpun berburuk sangka kepada-Nya. Allah SWT berfirman;

 

وَمَا كُنتُمْ تَسْتَتِرُونَ أَن يَشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلَآ أَبْصَٰرُكُمْ وَلَا جُلُودُكُمْ وَلَٰكِن ظَنَنتُمْ أَنَّ ٱللَّهَ لَا يَعْلَمُ كَثِيرًا مِّمَّا تَعْمَلُونَوَذَٰلِكُمْ ظَنُّكُمُ ٱلَّذِى ظَنَنتُم بِرَبِّكُمْ أَرْدَىٰكُمْ فَأَصْبَحْتُم مِّنَ ٱلْخَٰسِرِينَ

 

“Kamu sekali-sekali tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu kepadamu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan. Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka kepada Tuhanmu, Dia telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Fussilat: 22-23)

 

Inilah adab seorang muslim kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Kita berdoa semoga Allah menjadikan kita termasuk kekasihnya, tidak menghalangi kita dari penjagaannya dan menjadikan kita termasuk hamba-hamba muqarrabin (yang dekat dengan-Nya). Aamiin! Wallahu a’lam.

 

Diringkas dan diterjemahkan dari kitab Minhajul Muslim (dengan sedikit perubahan dan penambahan sesuai kebutuhan). Semoga bermanfaat!

 

(Khadim Korp Da’i An Nashihah dan Pelajar Ma’had Aly Zawiyah Jakarta)

 

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *