Oleh: Hayat Abdul Latief

 

Pada abad ke-8 H, ilmu qawaid fiqhiyyah mengalami masa keemasan, ditandai dengan banyaknya bermunculannya kitab-kitab Qawa’id fiqhiyyah. Dalm hal ini, ulama Syafi’iyyah termasuk yang paling kreatif. Diantara karya-karya besar yang muncul dalam abad ini adalah: Al-Asyabah wa an-Nadhair karya Ibnu al-Wakil al-Syafi’i (w.716 H), kitab Al-Qawa’id karya Al-Maqqari Al-Maliki (w. 758 H), Al-Majmu’ Al-Mudzhab fi Dhabt Al-Madzhab karya Al-‘Alai Asy-Syafi’i (w.761 H). dll

 

Karya-karya besar yang mengkaji qawa’id fiqhiyyah yang disusun pada abad IX H banyak mengikuti metode karya-karya abad sebelumnya.

 

Berkaitan dengan kitab Qawaid fiqhiyah, ada beberapa kitab yang namanya sama dan pembahasannya hampir sama tentang qowaid fiqhiyah yaitu:

 

1. Al-Asybaah wa An-Nazhaa’ir karya Sadraddin Abi Abdullah ibn Murahhil, Ibn Wakil As-Syafii (716 H);

 

2. Al-Asybaah wa An-Nazhaa’ir oleh Abdul-Wahhab ibn Ali Tajuddin As-Subki (771 H);

 

3. Al-Ashbaah wa An-Nazhaa’ir karya Sirajudddin Umar ibn Ali An-Anshari, yang lebih terkenal dengan pangggilan Ibnul-Mulaqqin (804 H);

 

4. Al-Ashbaah wa An-Nazhaa’ir oleh Jalaluddin Abdur Rahman ibn Abi Bakr ibn Muhammad As-Suyuthi (As-Asyuthi) (804 H).

 

……

 

Dari potongan artikel diatas, menjelaskan kepada kita betapa pentingnya kegiatan tulis-menulis dalam rangka membangun keilmuan dalam satu bidang. Dalam satu disiplin ilmu, tidak sekonyong-konyong menjadi matang dan sempurna pasti ada masa pendahuluan, masa perintisan dan penyempurnaan.

 

Demikian juga proses kreativitas seseorang tidak sekonyong-konyong menjadi orang yang ahli namun harus memulainya dengan mencontoh karakter kepenulisan orang-orang yang ahli dalam bidangnya, kemudian kita menirunya untuk sementara waktu dan dengan berjalannya waktu kita memiliki ciri khas tersendiri dalam bidang kepenulisan.

 

Seorang tidak boleh berhenti menulis dengan alasan yang ditulisnya merupakan sesuatu yang pernah ditulis oleh orang lain. Perhatikan potongan artikel di atas banyak kitab yang bernama Al-Ashbaah wa An-Nazhaa’ir dengan tema yang sama satu sama lain mereka saling menyempurnakan. Bukankah banyak mahasiswa S1, S2 dan S3 menulis sesuatu yang telah ditulis oleh para pendahulunya? Meskipun tema yang kita tulis dengan orang lain sama tapi pasti memiliki sudut pandang atau angle yang berbeda – yang merupakan ciri khas dari setiap penulisnya. Wallahu a’lam.

 

Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat!

 

(Khadim Korp Da’i An Nashihah dan Pelajar Ma’had Aly Zawiyah Jakarta)

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *