Gus Dur di Mata KH Saifuddin Amsir: Keberanian yang Layak Diteladani
KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dikenal sebagai sosok yang luar biasa. Menurut KH Saifuddin Amsir, keberanian Gus Dur dalam dunia politik patut dihargai dan dijadikan teladan. Banyak hal yang orang lain enggan lakukan karena takut, tapi Gus Dur berani melangkah.
Salah satu contohnya adalah keberaniannya menyebut “SDSB” — singkatan dari Soeharto Dalang Segala Bencana — di masa Orde Baru, saat masih marak kasus “Petrus” (penembakan misterius). Saat itu, siapa pun yang kritis pada pemerintah bisa saja hilang atau ditemukan tewas. Namun, Gus Dur tetap lantang bersuara.
Pernyataan ini disampaikan KH Saifuddin Amsir saat pengajian kitab *Riyadlush Shalihin* di Masjid Ath-Thahariyah, Pisangan Timur, Jumat malam (10/5). Menurut Ustadz Asep, salah satu jamaah, pengajian ini sudah rutin digelar setiap malam Sabtu sejak 10 tahun lalu, diselingi dengan kajian kitab fiqih.
Kiai Saifuddin juga mengenang momen Muktamar ke-30 NU di Lirboyo tahun 1999, ketika Gus Dur disorot karena gagasannya soal doa bersama dengan non-Muslim. Saat diminta memimpin sidang *bahtsul masail diniyyah waqi’iyyah*, Kiai Saifuddin menyampaikan bahwa hal itu boleh dilakukan, asal tetap dipimpin oleh seorang Muslim.
Walau ada kiai yang mengkritik tajam pemikiran Gus Dur, tak sedikit pula yang membelanya. KH Saifuddin Amsir sendiri sering memberi catatan terhadap pemikiran-pemikiran Gus Dur, termasuk soal sikapnya yang sangat hati-hati dan tajam dalam mengkritik.
Salah satu hal yang sangat berkesan bagi KH Saifuddin adalah ketika Gus Dur menulis kata pengantar untuk buku biografi Jenderal LB Moerdani. Di sana Gus Dur menulis:
“Meskipun intelektualitasnya mumpuni, namun saya tidak setuju dengan penembakan misterius (Petrus).”
Pujian dan kritik dalam satu kalimat — inilah kecerdasan dan keberanian khas Gus Dur.
Kiai Saifuddin menegaskan, keberanian Gus Dur bukan hanya soal lantang berbicara, tapi juga kemampuan memainkan kritik secara elegan dan berprinsip.
Al-Fatihah.
Sumber: NU Online