Kisah Merpati Megan di Tanah Suci

Bagi yang sudah pergi ke Tanah Suci, tentu tidak asing dengan merpati-merpati di sekitar Masjidil Haram Mekah maupun Masjid Nabawi Madinah. Jumlah burung tersebut ribuan dan hidup bebas. Sebagian percaya burung-burung tersebut merupakan keturunan peliharaan Siti Aisyah, istri Nabi Muhammad SAW.

Dari sisi fisik, merpati Aisyah tidak berbeda dengan burung pada umumnya. Warnanya biru laut cenderung gelap. Penggemar burung menyebutnya warna megan. Warnanya juga unik dengan bulu yang dihiasi dua garis melintang. Seperti pangkat yang dimiliki seorang perwira.

Orang Arab sering mengambil istilah ‘dia baik laksana merpati Mekkah’ sebagai analogi bagi seseorang, hewan, atau burung yang baik. Diseluruh penjuru dunia kerumunan merpati mudah sekali ditemukan, seperti di lapangan kota London atau seputar Gereja Notterdam, Paris, Perancis. Namun demikian, merpati-merpati itu berbeda dengan merpati di tanah suci Mekkah dan Madinah.

Merpati Aisyah biasa beterbangan di tanah lapang beraspal arah pintu 21 atau Pintu Raja Fahd Masjid Nabawi. Juga ada di pemakaman baqi yang berada di sebelah timur masjid. Bisa jadi merpati di kedua tempat ini burung yang sama. Mereka muncul hampir bersamaan dengan aktivitas ibadah jemaah.

Saat jemaah keluar dari masjid dari Pintu King Fahd, merpati Aisyah satu komando beterbangan dari atap hotel-hotel mewah dan turun ke trotoar lapang. Umumnya merpati-merpati itu bersarang di lubang-lubang angin dan bagian-bagian dinding yang berlubang. Ular yang terkenal menyukai telur merpati juga tidak terlihat seekor pun keluar menghampiri sarang-sarang mereka.

Merpati-merpati itu juga seolah paham bahwa jemaah akan melemparkan makanan. Benar saja, beberapa jemaah membeli biji-bijian dari beberapa anak kecil penjual makanan burung, kemudian menaburkan ke trotoar. Bahkan ada kepercayaan, memberi makan burung identik dengan pesan untuk memanggilkan namanya di Multazam. “Burung akan turut mendoakan agar dia segera pergi ke Tanah Suci,” lebih lanjut bisa memancing untuk segera punya bayi.”

Karena sudah biasa dengan manusia, merpati Aisyah tak terlalu khawatir bakal ditangkap atau disakiti oleh jemaah. Kalau sekadar di-gusah atau diusir, tidak masalah. Cukup beringsut sedikit, maka jemaah tak bakal mengejar. Bahkan ada keyakinan lain yang berkembang di masyarakat Arab, pantangan besar menyakiti merpati-merpati ini. Bagi pelanggarnya bisa terkena bala yang luar biasa seperti kematian atau sakit jiwa.

Anehnya, meskipun jumlahnya begitu banyak, tapi kotoran mereka tidak tersebar dan membuat jalanan kotor. Kotoran mereka lebih banyak terlihat di mobil-mobil milik masyarakat .

Syariat Islam melarang menjadikan burung merpati di tanah suci sebagai buruan atau mengusirnya bagi orang yang sedang ihram haji atau umrah, bahkan bagi orang yang tidak sedang ihram, jika burung merpati berada di Mekkah atau di Madinah. Tapi jika keluar dari kedua tanah suci, maka boleh menangkapnya dan menyembelihnya bagi orang yang tidak ihram haji atau umrah berdasarkan firman Allah.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقْتُلُوا الصَّيْدَ وَأَنْتُمْ حُرُمٌ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan ketika kamu sedang ihram” [al-Ma’idah/5 : 95]

Dan Nabi Muhammad SAW bersabda.

إِنَّ اللَّه حَرَّمَ مَكَّةَ فَلَمْ تَحِلْ لأَحَدٍ قَبْلِي وَلاَ تَحِلٌ لآَ حَدٍ بَعْدِي، وَإِنَّمَا أُحِلَّتْ لِي سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ، لاَيُخْتَلَي خَلاَهَا وَلاَ يُعْضَدُ شَجَرُ هَا وَلاَ يُنَفِّرُ صَيْدُ هَا

“Sesungguhnya Allah memuliakan kota Mekkah, maka tidak halal bagi seseorang sebelumku dan juga setelahku. Sesungguhnya dia halal bagiku sesaat dari waktu siang. Tidak boleh dicabut tanamannya, tidak boleh dipotong pohonnya dan tidak boleh diusir binatang buruannya” [HR Bukhari]

Dan dalam hadits lain Nabi SAW bersabda.

“Sesungguhnya Nabi Ibrahim memuliakan Mekkah dan aku memuliakan Madinah. Tidak boleh dipotong pohonnya dan tidak boleh diburu binatang buruannya. [HR. Muslim]

Tampaknya gerombolan merpati yang jinak tersebut mengelilingi ka’bah, berputar-putar sebanyak tujuh kali seolah-olah sedang bertawaf. Mungkin orang menganggap hal itu hanya sebuah kebetulan belaka, tapi kalau kita ingat kembali kepada Kekuasaaan Allah maka kita akan segera menyadari bahwasanya tidak ada hal yang tidak mungkin bagi Allah. Selain itu ada satu kasus lagi yang pasti lebih mencengangkan kita. Bahkan lebih lanjut adalah keyakinan masyarakat yang menyatakan bahwa sesudah Thawaf di Kabah Kemudian ia terbang bermil-mil, baru kemudian mati. Bahkan, burung merpati yang ada di Madinah pun terbang terlebih dahulu ke Mekah. Setelah mengelilingi Kabah tujuh kali, mereka terbang lagi beberapa mil kemudian mati.

Persoalannya, benarkan burung itu ikut melakukan tawaf sebagaimana jemaah haji? Bahkan ada mitos yang mengatakan bahwa merpati itu akan jatuh manakala terbang di atas Kabah. Orang yang mempercayai mitos tersebut mungkin terinspirasi oleh ayat Alquran, “Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum, dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. Dan Kamilah yang melakukannya.” (Q.S. Al-Anbiyaa 79).

Alquran Surat Al-Isra ayat 44 juga menjelaskan, “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.”

Terdapat banyak ayat Alquran yang menjelaskan bahwa alam semesta ini selalu bertasbih dan memuja keagungan Allah SWT. Bahkan angin dan guruh yang oleh manusia dipersepsikan sebagai kemarahan alam juga bertasbih kepada kebesaran Sang Khalik. Seluruh planet, binatang, matahari, galaksi, dan superkluster semuanya sedang bertasbih dengan cara melakukan gerakan orbitalnya.

Bahwa burung merpati juga sesungguhnya bertasbih kepada Allah memiliki landasan kabar yang kuat dari Allah melalui Alquran. Persoalannya, apakah cara tasbih mereka sama dengan manusia dengan cara mengelilingi Kabah tujuh kali? Wallahu A`lam. Namun pakar binatang menjelaskan bahwa burung merpati di seputar Masjidilharam dan Masjid Nabawi bertasbih dengan caranya sendiri, tidak seperti manusia. Burung ini tidak berbeda dari burung yang ada di mana pun di dunia ini, bernaluri binatang.

Merpati yang jumlahnya ratusan ribu itu terbang sesukanya sesuai dengan instink yang dimiliki. Karena di seputar Masjidilharam maupun di Masjid Nabawi disiapkan banyak makanan, maka dengan sendirinya mereka betah tinggal di wilayah ini. Gedung tinggi menjulang yang mencakar langit di sekitar dua masjid suci ini juga sangat cocok untuk tempat tinggal mereka.

Apalagi, jemaah haji saat berihram dilarang menangkap maupun berburu binatang buruan. Burung dara ini termasuk binatang buruan yang dilarang untuk ditangkap, apalagi dibunuh, saat jemaah berihram. Jika membunuhnya, maka jemaah tersebut harus membayar “dam” dengan memotong seekor domba atau kambing.

Itulah sebabnya burung dara di Haramain ini berkembang biak dengan pesat. Saat matahari terbit setelah subuh, burung itu turun dari tempat tinggal mereka masing-masing di sisi gedung bertingkat tinggi. Dalam seharian, mereka terus mendapatkan makanan dari jemaah. Namun menjelang magrib, burung ini tak terlihat lagi di sekitar jemaah. Mereka telah kembali ke sarangnya masing-masing.

Benarkah burung akan jatuh terjungkal jika terbang di atas Kabah? Sepanjang duduk di tepi Kabah, penulis menyaksikan banyak burung terbang di atas Baitullah itu. Mereka bahkan kadang mengeluarkan kotoran, sebagaimana binatang yang lain buang kotoran sembarangan. Sepanjang penulis saksikan, semua burung yang melintas di atas Kabah tidak ada yang terjatuh.

Burung adalah burung yang mengikuti fitrahnya sebagai binatang. Bahwa mereka bertasbih kepada Sang Khalik, ya, tapi sesuai dengan fitrahnya sebagai binatang.

Langit Jazirah Arab terkenal dengan beragam jenis burung pemangsa seperti elang dan alap-alap. Merpati adalah mangsa empuk burung elang. Namun anehnya, tak seekor burung elang pun pernah terlihat berputar-putar mengincar merpati sebagai mangsanya.
Penduduk Mekkah pun tidak jauh berbeda, mereka terkenal sangat menyukai kerumunan merpati-merpati ini. Mereka tak pernah merasa terganggu dengan kehadiran merpati-merpati ini, dan bahkan mereka membuat kesepakatan untuk tidak menyembelih burung-burung itu.

Jika benar merpati tersebut keturunan peliharaan Aisyah, maka yang ada saat ini adalah generasi kesekian. Sebab, Aisyah hidup di abad ke-7 dan umur hidup merpati hanya 10-20 tahun. Benarkah merpati itu sudah ada sejak lama? Sulit mencari sosok yang tepat menjawabnya.

Merpati serupa juga ada di masjid-masjid era Nabi Muhammad SAW seperti Quba dan Qiblatain. Tapi kemungkinan burung tersebut berbeda dengan merpati di sekitar Masjid Nabawi karena jarak antar masjid cukup jauh.

Namun menurut riwayat lainnya, merpati Mekah juga masih memiliki kaitan dengan sejarah hijrah Nabi Muhammad SAW. Kala itu Rasulullah SAW bersembunyi di Gua Hira untuk menghindar dari kejaran kaum Quraisy. Dengan izin Allah SWT, sepasang burung merpati sengaja bertelur di pintu gua bersama dengan laba-laba yang membuat sarangnya.

Karena melihat pintu gua yang tertutup jaring laba-laba dan terdapat sarang burung merpati, kaum Quraisy mengira gua tersebut kosong dan tak mungkin ada yang masuk ke dalamnya. Pada saat itu, Rasulullah dan Abubakar pun berhasil lolos dari kejaran kaum Quraisy.

Untuk mengenang peristiwa tersebut, saat berada di Mekah, kita dilarang untuk menangkap burung-burung merpati itu. Apalagi berburu. Baik dalam ihram atau tidak. Kecuali setelah berada di luar kota Mekah dan tidak sedang ihram.

Belum ada penelitian untuk menguji apakah benar merpati-merpati megan tersebut keturunan peliharaan Aisyah. Sepertinya memang tidak perlu diteliti. Yang utama bukan pada asal-usul, melainkan merpati-merpati tersebut mampu memberi nuansa alami di tengah ‘belantara beton’ Kota Madinah, cuaca panas, penjual kurma, dan kesibukan jemaah.

Diolah dari berbagai sumber

Badrah Uyuni

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *