Oleh: Hayat Abdul Latief
Hidup manusia sawang-sinawang atau melihat kehidupan orang lain lebih bahagia dari dirinya. Sawang-Sinawang merupakan kata yang berasal dari bahasa Jawa “Sawang” yang artinya “Lihat atau Pandang”. Sekilas, maknanya sama dengan memandang antara satu dengan orang yang lain. Sawang-sinawang mengandung makna filosofis tersendiri yang hanya bisa dipahami jika ditelaah lebih dalam. Kalimat Bahasa Jawa tersebut juga mengajarkan kita untuk senantiasa bersyukur dan tidak membandingkan hidup diri sendiri dengan hidup orang lain yang dianggap lebih beruntung.
Bersyukur Agar Lupa Dengan Penderitaan
Hidup memang tak selamanya berjalan mulus. Sering kali kita menjumpai berbagai kesulitan dan hambatan. Namun setiap kesulitan, pasti disertai dengan kemudahan. Selain itu, sesulit apapun hidup kita tetap menerima rezeki dan nikmat dari Allah subhanahu wa ta’ala Tuhan kita. Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bersyukur atas kehidupan yang diberikan.
Larangan Mengeluh
Al-Qur’an menjelaskan bahwa mengeluh merupakan sikap tidaklah dibenarkan. Orang-orang muslim tidak seharusnya mengeluh atas kondisi hidup atau cobaan yang ada karena Allah subhanahu wa ta’ala sedang menguji keimanan kita dan menjadi salah satu bentuk sayang dari Allah kepada para hambanya. Orang-orang yang beriman akan tetap berpegang teguh terhadap keimanan dan kesabarannya, tentu saja tidak diiringi dengan sikap yang selalu mengeluh.
Orang-orang yang beriman tidak boleh terlalu banyak mengeluh karena ujian hidup yang dihadapinya sudah disesuaikan dengan kesanggupan masing-masing. Apabila seorang hamba merasa beban hidupnya terlalu berat, janganlah mengeluh, tetapi berdoa kepada Allah supaya dimudahkan dalam menjalani segala ujian yang diberikannya.
Al-Qur’an memberikan motivasi karena orang-orang yang beriman tidak boleh merasa bahwa dirinya lemah, sehingga sering kali mengeluh. Apabila menghadapi kegagalan, maka harus diterima dan tidak boleh merasa berkecil hati karena kegagalan menjadi hal yang wajar terjadi.
Manusia sering kali lupa bahwa mereka masih memiliki Allah subhanahu wa ta’ala yang akan selalu menyelesaikan masalah-masalahnya. Ketika menghadapi masalah banyak orang yang berkonsentrasi pada masalah bukan kepada Pemberi solusinya, sehingga selalu mengeluh yang justru menurunkan iman di hatinya dan imunitas tubuhnya. Hati manusia akan menjadi bahagia, apabila bernaung di bawah rahmat-Nya.
Berprasangka Baik kepada Allah dan Hamba-hamba-Nya
Setiap manusia pasti mengalami yang namanya masalah, namun seorang Muslim yang baik tidak akan resah karena masalah, meskipun seolah-olah masalah itu sangat berat dan sangat membebani kehidupannya. Dalam menjalani masalah, hendaklah kita berprasangka baik kepada Allah subhanahu wa ta’ala, sebagaimana Firman-Nya,
عَسٰۤى اَنۡ تَكۡرَهُوۡا شَيۡـــًٔا وَّهُوَ خَيۡرٌ لَّـکُمۡۚ وَعَسٰۤى اَنۡ تُحِبُّوۡا شَيۡـــًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّـكُمۡؕ وَاللّٰهُ يَعۡلَمُ وَاَنۡـتُمۡ لَا تَعۡلَمُوۡنَ
“Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui (QS. Al-Baqarah: 216)
Berbaik sangka kepada Allah adalah kenikmatan yang agung dan menjadi jaminan kebahagiaan hidup seseorang di dunia dan akhirat. Sebagaimana dalam Hadits Qudsi dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam
يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ في نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً (رواه البخاري ومسلم)
”Sesungguhnya Allah berfirman, “Aku menurut prasangka hamba-Ku. Aku bersamanya saat ia mengingat-Ku. Jika ia mengingatku dalam kesendirian, Aku akan mengingatnya dalam kesendirian-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam keramaian, Aku akan mengingatnya dalam keramaian yang lebih baik daripada keramaiannya. Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku akan mendekat kepadanya se depa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku akan datang kepadanya dengan berlari.” (HR Bukhari dan Muslim)
Demikian juga seorang beriman harus berprasangka baik kepada hamba-hamba Allah. Berprasangka baik Kepada mereka akan menumbuhkan keharmonisan dalam kehidupan masyarakat. Wallahu a’lam.
Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat!
(Khadim Korp Da’i An Nashihah dan Pelajar Ma’had Aly Zawiyah Jakarta)

