Oleh: Hayat Abdul Latief
Ada kalimat yang viral di medsos: Kejarlah dunia, pasti tak dapat. Kalaupun dapat, pasti tak banyak. Kalaupun banyak, pasti tak puas. Kalaupun puas, pasti tidak abadi. Kejarlah akhirat, pasti dapat. Sudahlah dapat, pasti banyak. Sudahlah banyak, pasti puas. Sudahlah puas, abadi selama-lamanya.
Dari kalimat tersebut kita mengetahui karakter dunia setidaknya ada tiga; bahwa dunia itu sedikit dibanding akhirat, dunia bagaikan air laut semakin diminum semakin haus dan tidak pernah memuaskan, dan dunia itu tidak abadi. Kenikmatan dunia adalah sedikit dibanding akhirat dikonfirmasi oleh Allah SWT dan oleh Rasulullah SAW. Allah SWT berfirman,
فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ
“Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. (QS. At-Taubah :38).
Rasulullah SAW berabda,
وَاللهِ، مَا الدُّنْيَا فِـي الْآخِرَةِ إِلَّا مِثْلُ مَا يَـجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ هٰذِهِ – وَأَشَارَ يَحْيَ بِالسَّبَّابَةِ – فِـي الْيَمِّ، فَلْيَنْظُرْ بِمَ تَرْجِـعُ
“Demi Allâh! Tidaklah dunia dibandingkan akhirat melainkan seperti salah seorang dari kalian mencelupkan jarinya ke laut, -(perawi hadits ini yaitu)Yahya memberikan isyarat dengan jari telunjuknya- lalu hendaklah dia melihat apa yang dibawa jarinya itu? (HR. Muslim no. 2858)
Lebih jauh Al-Qur’an menyebutkan karakter dunia,
اِعْلَمُوْٓا اَنَّمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ وَّزِيْنَةٌ وَّتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى الْاَمْوَالِ وَالْاَوْلَادِۗ كَمَثَلِ غَيْثٍ اَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهٗ ثُمَّ يَهِيْجُ فَتَرٰىهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُوْنُ حُطَامًاۗ وَفِى الْاٰخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيْدٌۙ وَّمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانٌ ۗوَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ
“Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan, senda gurau, perhiasan, dan saling bermegah-megahan di antara kamu serta berlomba-lomba dalam banyaknya harta dan anak keturunan. (Perumpamaannya adalah) seperti hujan yang tanamannya mengagumkan para petani, lalu mengering dan kamu lihat menguning, kemudian hancur. Di akhirat ada azab yang keras serta ampunan dari Allah dan keridaan-Nya. Kehidupan dunia (bagi orang-orang yang lengah) hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (QS. Al-Hadid: 20)
Setidaknya ada 6 karakter dunia dalam ayat tersebut; Permainan, senda gurau, perhiasan, tafakhur, takatsur dan kesenangan yang memperdaya.
Kembali kepada kalimat yang viral di medsos, sifat akhirat berlawanan dengan karakter dunia; bahwa kenikmatan akhirat adalah lebih banyak dibanding dunia, kenikmatan akhirat memuaskan, dan akhirat adalah kehidupan abadi. Lebih jauh Al-Qur’an menyebutkan sifat akhirat. Satu, الحيوان = kehidupan yang sebenarnya.
وَمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS. Al-Ankabut: 64)
Dua, , دار القرار = tempat yang kekal.
يَا قَوْمِ إِنَّمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الْآخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ
“Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.” (QS Ghafir [40]: 39).
Tiga, دار المتقين = tempat bagi orang yang bertakwa.
وَقِيلَ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا مَاذَا أَنْزَلَ رَبُّكُمْ ۚ قَالُوا خَيْرًا ۗ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۚ وَلَدَارُ الْآخِرَةِ خَيْرٌ ۚ وَلَنِعْمَ دَارُ الْمُتَّقِينَ
”Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: ‘Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?’ Mereka menjawab: ‘(Allah telah menurunkan) kebaikan.’ Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik, dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa.” (QS. An-Nahl: 30)
Setelah melihat perbandingan antara karakter dunia dan sifat akhirat, maka seorang yang bijaksana pasti mengutamakan akhirat daripada dunia, mengutamakan Yang kekal daripada yang fana dan mengutamakan kehidupan sesungguhnya daripada kehidupan fatamorgana. Sebagai penenang hati agar kita tidak silau dengan dunia, mari kita ikuti kalam bijaksana ini,
إذا رأيت الرجل ينافسك في الدنيا فنافسه في الآخرة
.
“Apabila engkau melihat seseorang mengunggulimu dalam masalah dunia, maka unggulilah dia dalam masalah akhirat.” (Ibnu Abid Dunya dalam Kitab Az-Zuhud)
Wallahu a’lam. Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat!
(Khadim Korp Da’i An Nashihah dan Alumni Ma’had Aly Zawiyah Jakarta)

