Kemuliaan Bulan Sya’ban Dan Ibadah Di Dalamnya

 

Oleh: Hayat Abdul Latief

 

Sya’ban merupakan bulan kedelapan dan sebagai pintu gerbang bulan Ramadhan. Sebagai penyanggah bulan Ramadhan tentu bulan Sya’ban memiliki keistimewaan dan kemuliaan.

 

1. Diangkatnya amal pada bulan Sya’ban. Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu anhuma berkata, aku berkata:

 

يا رسول الله، لم أرك تصوم شهرا من الشهور ما تصوم من شعبان، قال:«ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ» رواه أبو داود والنسائي وصححه ابن خزيمة

 

Wahai Rasulullah Saya tidak melihatmu berpuasa pada satu bulan dari bulan-bulan yang lainnya seperti engkau berpuasa dari bulan Sya’ban.Beliau menjawab itu adalah satu bulan yang mana manusia melupakannya di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Dia adalah bulan yang didalamnya amal perbuatan diangkat kepada Tuhan semesta alam. Maka saya suka kalau amalku diangkat sedangkan saya dalam keadaan berpuasa. (HR. Abu Dawud – An-Nasa’i dan dinilai shahih oleh Ibnu khuzaimah)

 

Berkenaan dengan itu para ulama memberi kesimpulan:

 

a. Amal harian diangkat di waktu subuh dan ashar, sebagaimana termaktub dalam hadis berikut: Bahwa Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda:

 

«يتعاقبون فيكم ملائكة بالليل وملائكة بالنهار، ويجتمعون في صلاة الفجر وصلاة العصر، ثم يعرج الذين باتوا فيكم، فيسألهم وهو أعلم بهم: كيف تركتم عبادي؟ فيقولون: تركناهم وهم يصلون، وأتيناهم وهم يصلون»” رواه البخاري ومسلم.

 

“Para Malaikat di malam dan siang hari silih berganti mengawasi kalian, dan mereka berkumpul pada saat shalat Subuh dan shalat Ashar, kemudian para malaikat yang mengawasi kalian semalam suntuk naik (ke langit). Allah menanyakan kepada mereka, padahal Dia lebih mengetahui dari mereka: Dalam keadaan bagaimanakah kalian tinggalkan hamba-hamba-Ku?. Mereka menjawab: Kami tinggalkan mereka dalam keadaan mengerjakan shalat.” (HR. Bukhari-Muslim)

 

b. Amal pekanan diangkat Pada hari Senin dan Kamis, sebagaimana termaktub dalam hadis berikut: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 

تُعْرَضُ الْأَعْمَالُ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَيُغْفَرُ لِمَنْ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا، إِلَّا رَجُلًا بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ يَقُولُ: دَعُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا

 

“Amal-amalan itu ditunjukkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis. Maka akan diampuni dosa orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun kecuali seorang laki-laki yang antara dirinya dengan saudaranya terdapat permusuhan. Biarkanlah dua laki-laki itu sampai keduanya ber-islah.” (HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah RA)

 

c. Amal tahunan diangkat pada bulan Sya’ban, sebagaimana termaktub dalam hadits paling atas.

 

2. Rasulullah banyak berpuasa sunnah di bulan Sya’ban dibanding bulan lainnya. Dari ummul mu’minin Aisyah radhiyallahu anha berkata:

 

«كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ: لَا يَصُومُ،

وَمَا رَأَيْت رَسُولَ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إلَّا رَمَضَانَ،

وَمَا رَأَيْته فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامًا فِي شَعْبَانَ» متفق عليه.

 

“Adalah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berpuasa sehingga kami katakan beliau tidak berbuka, dan beliau berbuka sehingga kami katakan beliau tidak berpuasa. Dan tidaklah aku Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam menyempurnakan puasa satu bulan kecuali di bulan Ramadhan. Dan tidaklah aku melihat beliau dalam satu bulan lebih banyak berpuasa di banding bulan Sya’ban. (HR. Bukhari-Muslim)

 

Hadits ini sebagai dalil bahwasannya Rasulullah mengkhususkan bulan Sya’ban banyak berpuasa sunnah di dalamnya dari pada bulan lainnya.

 

3. Malam Nishfu Sya’ban. Berikut hadist dari Abu Musa Al-Asy’ari, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 

إن الله ليطلع ليلة النصف من شعبان فيغفر لجميع خلقه إلا لمشرك أو مشاحن

 

“Sesungguhnya Allah melihat pada malam pertengahan Sya’ban. Maka Dia mengampuni semua makhluknya, kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR. Ibnu Majah)

 

Kita bisa mengambil pelajaran tentang hati yang terbebas dari dengki, kebencian dan permusuhan dari hadits yang diceritakan oleh Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: “Pada suatu hari kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam. Beliau lalu bersabda :

 

يَطْلُعُ عَلَيْكُمُ الْآنَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ

 

“Saat ini akan muncul kepada kalian seorang laki-laki dari kalangan penghuni surga.”

 

Tiba-tiba muncul seorang laki-laki dari kalangan sahabat Anshar, jenggotnya masih meneteskan bekas air wudhu, sedang tangan kirinya memegang kedua sandalnya. Hal ini diucapkan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi was Salam. tiga kali.

 

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalalm kemudian berdiri dan kami pun bubar. Pada saat itulah Abdullah bin Amr bin Ash mengikuti laki-laki Anshar sebagai calon ahli surga . Rupanya Abdullah bin Amr bin Ash ingin mengetahui dari dekat amalan orang Anshar dengan bermalam di rumah orang tersebut selama tiga hari.

 

Sebagaimana diceritakan Anas bin Malik berkata: “Abdullah bin Amr bin Ash telah menceritakan bahwa ia telah menginap di rumah sahabat Anshar tersebut selama tiga malam. Selama itu, Abdullah bin Amr tidak pernah melihatnya sedikit pun melakukan shalat malam. Jika ia terbangun di waktu malam, ia hanya membolak-balikkan badannya di atas ranjangnya, berdzikir dan bertakbir, kemudian tidur kembali. Ia baru bangun kembali jika waktunya melaksanakan shalat Shubuh.

 

Abdullah bin Amr berkata: “Ketika aku hendak berjalan pulang, tiba-tiba laki-laki Anshar itu memanggilku kembali dan berkata:

 

مَا هُوَ إِلَّا مَا رَأَيْتَ، غَيْرَ أَنِّي لَا أَجِدُ فِي نَفْسِي لِأَحَدٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ غِشًّا، وَلَا أَحْسُدُ أَحَدًا عَلَى خَيْرٍ أَعْطَاهُ اللهُ إِيَّاهُ

 

“Amalku hanyalah amal yang telah engkau lihat. Namun di dalam jiwaku sama sekali tidak pernah terbetik rasa tidak tulus terhadap seorang muslim pun, dan aku juga tidak pernah iri kepada seorang pun atas sebuah nikmat yang Allah karuniakan kepadanya.”

 

Mendengar penuturan tersebut, Abdullah bin Amr berkata:

 

هَذِهِ الَّتِي بَلَغَتْ بِكَ، وَهِيَ الَّتِي لَا نُطِيقُ

 

“Inilah sebenarnya amalan yang telah mengantarkanmu kepada kedudukan tersebut. Dan justru inilah amalan yang kami belum sanggup melakukannya.”(HR. Ahmad )

 

*Pelajaran:*

 

*Satu,* amal tahunan manusia diangkat ke hadhirat Allah subhanahu wata’ala pada bulan Sya’ban.

 

*Dua,* Rasulullah banyak berpuasa sunnah di bulan Sya’ban.

 

*Tiga,* dengan menjauhkan diri dari perbuatan syirik (mensekutukan Allah subhanahu wata’ala) dan membebaskan diri dari _syahna_ (kebencian, dengki dan permusuhan), mudah-mudahan Allah subhanahu wa ta’ala mengampuni kita semua di malam nisfu Sya’ban. Wallahu a’lam.

 

Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat.

 

*(Penulis adalah Direktur Korp Da’i An-Nashihah dan Mahasiswa S2 Zawiyah Jakarta)*

 

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *