Oleh: Hayat Abdul Latief

 

Alkisah tentang mantan petinju legendaris dunia, Mike Tyson. Dia sering menangis di waktu tertentu. Saat menjadi petinju, tubuh kekar dan paras sangarnya menjadi momok menakutkan bagi siapapun lawan pria yang biasa dipanggil Si Leher Beton ini. Apalagi melihat kemampuan gila Tyson di atas ring. Namun sekarang karakternya berbanding terbalik. Usia yang tidak lagi muda membuat emosionalnya terganggu, dia mengaku sering menangis. Menangis tanda penyesalan, dan penyesalan merupakan bagian dari taubat.

 

Siapapun yang mengingat masa lalu yang kelam, tidak boleh putus harapan dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Perhatikan firman-Nya:

 

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

 

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu terputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS az-Zumar: 53).

 

Dan perlu dicatat, sebesar apapun dosa yang pernah diperbuat, sesungguhnya ampunan Allah SWT lebih besar. Setinggi apapun maksiat yang dilakukan, sesungguhnya kasih sayang Allah SWT lebih tinggi. Sebrengsek apapun masa lalumu, sesungguhnya ampunan Allah SWT lebih luas. Firman-Nya:

 

إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ

 

“Sesungguhnya Rabb-mu maha luas pengampunan-Nya” (QS an-Najm: 32).

 

Tugas kita menutupi dosa yang telah diperbuat. Allah SWT sendiri punya karakter ستير -Sittiir- Maha Pandai menutupi aib hamba-hamba-Nya. Bukankah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلَّا الْمُجَاهِرِينَ وَإِنَّ مِنْ الْمُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلًا ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ فَيَقُولَ يَا فُلَانُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ

 

“Seluruh umatku mu’afa (dimaafkan dosanya), kecuali orang yang melakukan dengan terang-terangan. Dan sesungguhnya termasuk melakukan dengan terang-terangan yaitu, seseorang melakukan sesuatu perbuatan (kemaksiatan, Red.) pada waktu malam, lalu dia masuk pada waktu pagi, kemudian mengatakan: “Hai, Fulan! Kemarin malam aku telah melakukan demikian dan demikian”. Dia telah melewati malamnya dengan ditutupi (kemaksiatannya) oleh Rabb-nya (Penguasanya, Allah), dan dia masuk pada waktu pagi menyingkapkan tirai Allah darinya”. [HR Bukhari, no, 6069; Muslim]

 

Tak ada gading yang tak retak. Tidak ada satu manusia pun yang terbebas dari kesalahan, kecuali yang maksum, dijaga oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda:

 

كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

 

“Setiap manusia banyak berbuat salah (dosa). Dan sebaik-baik dari orang-orang banyak berbuat salah (dosa) adalah orang-orang yang banyak bertaubat”. [HR Tirmidzi, no. 2499; Ibnu Majah, Ahmad, Darimi; dari sahabat Anas bin Malik].

 

Manusia terbaik, menurut hadits ini, bukan yang masa lalunya tidak pernah berdosa, namun yang bertaubat dari kesalahanya agar tidak terjadi hal serupa di masa mendatangnya.

 

Nasehat Fudhail bin Iyadh tentang masa lalu, seraya berkata:

 

تُحْسِنُ فِيمَا بَقِيَ ، يُغْفَرُ لَكَ مَا مَضَى وَمَا بَقِيَ , فَإِنَّكَ إِنْ أَسَأْتَ فِيمَا بَقِيَ أُخِذْتَ بِمَا مَضَى وَمَا بَقِيَ

 

“Engkau berbuat kebaikan (amal shaleh) pada sisa umurmu (yang masih ada), maka Allah akan mengampuni (dosa-dosamu) di masa lalu, karena jika kamu (tetap) berbuat buruk pada sisa umurmu (yang masih ada), kamu akan di siksa (pada hari kiamat) karena (dosa-dosamu) di masa lalu dan (dosa-dosamu) pada sisa umurmu”. Wallahu A’lam.

 

Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat dan menjadi amal jariyah!

 

*(Khadim Korp Da’i An Nashihah dan Pelajar Ma’had Aly Zawiyah Jakarta)*

 

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *