Oleh: Hayat Abdul Latief
Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan dalam hidupnya. Jadi, ketika seorang melakukan suatu kesalahan di masa lalu, itu bisa diperbaiki dan berusaha agar jangan sampai terulang kembali. Oleh karena itu, seorang harus belajar dari kesalahannya, supaya tidak terjatuh ke dalam kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Jangan sampai seorang terjebak dalam keadaan yang tidak baik yaitu terus-menerus mengulang kesalahan yang pernah dilakukan. Hal tersebut akan merugikannya, bahkan bisa membuat seorang mengalami kegagalan yang akhirnya menjadi putus asa.
Manusia sebagai Tempat Salah dan Lupa
Allah SWT menciptakan manusia disamping dengan kesempurnaannya, juga menciptakan kelemahannya. Dengan kelemahan-kelemahan yang dimiliki manusia itu, tentu sangat berpotensi melakukan kesalahan kesalahan. Orang yang baik kata Rasul bukan orang yang tidak pernah berbuat kesalahan, tapi orang yang baik itu adalah orang yang menyadari kesalahannya, lalu menyesali, lantas memohon ampun dan bertaubat kepada Allah seraya berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
Konsep Taubat dan Istighfar
Rasulullah SAW menegaskan;
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ.
“Setiap Bani Adam itu berpotensi berbuat salah, dan sebaik-baik orang yg beruat salah adalah yang bertaubat.” (HR. At-Tirmidzi)
Allah sangat mencintai orang-orang yang kembali/bertaubat ini. Ketika seseorang diberi umur yang panjang oleh Allah, hakikatnya Allah sayang kepada orang itu. Karena Dia memberi kesempatan jika ia berbuat dosa untuk bertaubat. Maka tidak usah heran kalau ada orang yang kita anggap banyak dosa dan maksiat yang ia lakukan, tapi umurnya justru panjang. Itulah bentuk kasih sayang Allah SWT.
Tentang orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang membersihkan diri, Allah SWT berfirman;
اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْنَ
“..…Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)
Suatu dosa dan kemaksiatan apabila dilakukan berulang-ulang akan mengikis habis keimanan. Sebagaimana sabda Nabi SAW bahwa keimanan akan terlepas ketika seseorang berbuat dosa atau kemungkaran. Sebagai contoh, seseorang yang membunuh untuk pertama kalinya, akan merasa tidak nyaman, tak tentram hidupnya dan senantiasa dihantui oleh rasa bersalah serta ketakutan yang luar biasa ketika melakukan pembunuhan pertama kali.
Lalu ketika dia membunuh untuk kali yang kedua, maka lambat laun rasa itu akan sedikit demi sedikit menghilang. Manakala ia melakukan pembunuhan yang ketiga, empat dan seterusnya, maka ia akan ia akan merasa terbiasa dan seakan tidak berdosa dalam melakukannya. Itulah dosa, yang apabila kita terus lakukan tanpa upaya kita untuk pertaubatan, maka kita tidak pernah merasa bahwa itu adalah suatu kesalahan, tanpa penyesalan sedikitpun.
Lakukan 3 Hal, Sebelum Melakukan Sesuatu!
Dikutip dari kitab Al-Irsyad karya Ibn ‘Imad, diriwayatkan bahwa Nabi Adam AS pernah berpesan kepada anak-anaknya, “Jika kalian hendak melakukan sesuatu, lakukan 3 hal ini terlebih dahulu:
1. Mintalah pendapat orang-orang bijak, seandainya aku dulu meminta pendapat para malaikat perihal makan (buah) pohon (yang terlarang), tentunya para malaikat melarangku untuk memakannya.
2. Perhatikan dulu akibat (baik dan buruk sebuah perbuatan), karena seandainya dulu aku pikirkan akibat dari memakan buah itu, niscaya aku tak akan memakannya.
3. Apabila kalian menginginkan sesuatu kemudian kalian merasa ada keganjalan dalam hati, maka lebih baik tinggalkanlah. Sebab, dulu ketika aku ingin memakan buah yang terlarang, terasa ada keganjalan di dalam hatiku.”
Wallahu a’lam. Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat!
(Khadim Korp Da’i An Nashihah dan Alumni Ma’had Aly Zawiyah Jakarta)