Oleh: Hayat Abdul Latief
Manusia, secara umum, tidak ada yang mampu menandingi atau bahkan menyamai kedudukan Rasulullah SAW di hari kiamat. Beliau memiliki kemuliaan di sisi Allah SWT yang bisa membuat iri seluruh makhluk dari generasi awal manusia diciptakan hingga generasi akhir saat dunia dihancurkan.
Berikut ini beberapa bukti bahwa Nabi Muhammad memiliki kedudukan yang mulia pada hari kiamat di hadapan Allah SWT:
1. Penghulu Manusia
Dari Abu Hurairah r.a, bahwa Rasulullah saw. bersabda,
أنا سيدُ ولدِ آدمَ ولا فخر وأنا أولُ من تنشقُّ الأرضُ عنه يومَ القيامةِ ولا فخر وأنا أولُ شافعٍ وأولُ مشفَّعٍ ولا فخر ولواءُ الحمدِ بيدي يومَ القيامةِ ولا فخرَ
“Aku adalah penghulu dari seluruh anak Adam di hari kiamat. Aku orang pertama yang dibelah kuburnya.” (H.R. Ibnu Majah dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu)
2. Pemilik Syafaat ‘Udzma
لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ يَدْعُو بِهَا، وَأُرِيدُ أَنْ أَخْتَبِئَ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي فِي الآخِرَةِ
“Setiap nabi memiliki doa mustajab yang dapat dipergunakannya. Namun, aku ingin menyimpan doa (mustajab)-ku untuk memberi syafaat kepada umatku di akhirat,” (HR Al-Bukhari)
3. Pemilik Telaga Kautsar
Rasulullah SAW bersabda,
حَوْضِي مَسِيرَةُ شَهْرٍ مَاؤُهُ أَبْيَضُ مِنْ اللَّبَنِ وَرِيحُهُ أَطْيَبُ مِنْ الْمِسْكِ وَكِيزَانُهُ كَنُجُومِ السَّمَاءِ مَنْ شَرِبَ مِنْهَا فَلَا يَظْمَأُ أَبَدًا (رواه البخاري)
“Telagaku luasnya seperti satu bulan perjalanan, airnya lebih putih daripada susu, baunya lebih harum dari minyak misk dan cangkir-cangkirnya (sebanyak) bintang di langit. Barangsiapa yang minum dari telaga tersebut, dia tidak akan haus selamanya (HR. Al-Bukhari dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu)
4. Orang Pertama Masuk Surga
Rasulullah SAW bersabda,
أَنَا أَوَّلُ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَلَا فَخْرَ
Saya orang yang pertama masuk surga di hari kiamat. Dan bukan untuk sombong. (HR. Ahmad)
Begitu tinggi kedudukan Rasulullah pada hari kiamat di hadapan Allah SWT, maka orang beriman pasti ingin menjadi teman beliau di surga kelak. Siapakah yang menjadi teman Rasulullah SAW di surga kelak?
1. Orang Yang Taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Allah SWT berfirman,
وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ مَعَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّۦنَ وَٱلصِّدِّيقِينَ وَٱلشُّهَدَآءِ وَٱلصَّٰلِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُو۟لَٰٓئِكَ رَفِيقًا
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An-Nisa: 69)
Tsauban, Maula Rosulullah, adalah orang yang ingin selalu berdekatan dengan beliau maka tidaklah satu hari dilewatkan kecuali ingin melihat wajah beliau. Di hadapan Rasulullah, sahabat satu ini mengutarakan keinginannya agar bisa berjumpa dengan Rasulullah di surga kelak. Kerisauan Tsauban tersebut didengar oleh Allah subhanahu wa ta’ala, lalu menurunkan ayat di atas.
2. Ahli Sujud. Dari Rabi’ah bin Ka’ab Al Aslami berkata; “Aku bermalam bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, aku juga pernah mengambilkan air wudlu’ dan air untuk buang hajat untuk beliau. Lalu beliau bersabda:
سَلْنِي فَقُلْتُ مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ قَالَ أَوَ غَيْرَ ذَلِكَ قُلْتُ هُوَ ذَاكَ قَالَ فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ
“Mohonlah kepadaku.” Kataku; ‘Aku memohon dapat bersama anda di surga’. Beliau menegaskan, ‘Adakah yang lain? ‘Aku menjawab, ‘Itu saja‘. Beliau bersabda: ‘Bantu aku untuk dirimu sendiri dengan memperbanyak sujud’.” (HR. Abu Daud)
Berkenan dengan pengikut Rasulullah SAW, Allah SWT berfirman,
مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ ٱللَّهِ ۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَىٰهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنًا ۖ سِيمَاهُمْ فِى وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ ٱلسُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى ٱلتَّوْرَىٰةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِى ٱلْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْـَٔهُۥ فَـَٔازَرَهُۥ فَٱسْتَغْلَظَ فَٱسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِۦ يُعْجِبُ ٱلزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ ٱلْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًۢا
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Fath: 29)
Sujud yang benar dan mampu melahirkan energi positif berupa atsar sujud ialah sujud yang benar secara fisik dan secara batin.
Rasulullah SAW bersabda,
أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ:عَلَى الجَبْهَةِ وَأَشَارَ بِيَدِهِ إِلَى أَنْفِهِ وَالكَفَّيْنِ وَالرُّكْبَتَيْنِ وَأَطْرَافِ القَدَمَيْنِ
“Aku diperintahkan untuk sujud pada tujuh anggota tubuh yaitu: dahi, beliau berisyarat dengan tangannya pada hidungnya, kedua telapak tangan, kedua lutut, kedua ujung kaki.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dalam tafsir Al-Mizan, karya Thaba’taba’I, menjelaskan bahwa pancaran cahaya dan energi yang membekas pada diri orang yang sujudnya benar, bukan hanya memancar di hari akhirat, tetapi sejak di dunia. Sedangkan menurut Gus Baha, makna atsar sujud paling sederhana adalah mengekang dari maksiat.
Yang menjadi teman atau tetangga Nabi Muhammad SAW di surga bukan hanya dua golongan di atas namun banyak golongan yang lain seperti orang yang menjadi penyantun anak yatim dan sebagainya. Semoga, dengan rahmat Allah SWT, kita berteman dan bertetangga dengan beliau di surga kelak! Aamiin!
Wallahu a’lam. Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat!
(Khadim Korp Da’i An Nashihah dan Alumni Ma’had Aly Zawiyah Jakarta)

