Jenjang Idrāk dalam Ushul Fiqh: ‘Ilm, Zhann, Syakk, Wahm, dan Jahl
(Definisi, Dalil, Pendapat Ulama, Implikasi Hukum, dan Contoh Kontemporer)
Dalam Ushul Fiqh, idrāk (الإدراك) berarti proses mengenali dan menangkap makna suatu perkara. Ulama membedakan jenjang idrāk agar seorang faqih mampu menilai kekuatan pengetahuan—apakah sudah yakin (‘ilm), baru dugaan kuat (zhann), sekadar ragu (syakk), dugaan lemah (wahm), atau bahkan ketidaktahuan (jahl). Pembedaan ini tidak hanya teoritis; ia memandu istidlāl (penalaran hukum), bukti di pengadilan, fatwa, hingga sikap muslim dalam keseharian—terutama di era banjir informasi.
????Al-Qur’an
Larangan mengikuti sesuatu tanpa ilmu:
﴿وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ﴾ (QS. Al-Isrā’ 17:36)
“Janganlah engkau mengikuti apa yang tidak engkau ketahui.”
Kritik terhadap sangkaan yang tak bernilai kebenaran:
﴿إِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا﴾ (QS. Yūnus 10:36; an-Najm 53:28)
“Sesungguhnya persangkaan tidak berguna sedikit pun terhadap kebenaran.”
Kewajiban tabayyun saat menerima berita:
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا﴾ (QS. Al-Ḥujurāt 49:6)
????Hadis
Kaidah meninggalkan perkara meragukan:
«دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيبُكَ» (HR. at-Tirmiżī, an-Nasā’ī)
Larangan su’uzhan yang menyesatkan:
«إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ» (Muttafaq ‘alaih)
Pedoman saat ragu dalam shalat:
«إِذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاتِهِ… فَلْيَتَحَرَّ الصَّوَابَ وَيُتِمَّ عَلَيْهِ» (HR. Muslim)
Kaidah al-yaqīn lā yazūlu bisy-syakk:
«لا يَنْصَرِفْ حَتَّى يَسْمَعَ صَوْتًا أَوْ يَجِدَ رِيحًا» (HR. Muslim) – tidak batal wudhu hanya karena syakk.
????Definisi dan Tipologi Idrāk
1. ‘Ilm (العِلْم) – keyakinan yang sesuai realitas, mantap dan pasti.
– Rumusan ushul: إدراك الشيء على ما هو به إدراكًا جازمًا
– Dampak: menjadi dasar hukum yang kuat; meniadakan keraguan.
2. Zhann (الظَّنّ) – dugaan kuat; peluang benar lebih besar dari salah namun belum yakin.
– Dipakai dalam ijtihad ketika dalil qath‘ī tidak tersedia.
3. Syakk (الشَّكّ) – ragu seimbang (50:50) antara dua kemungkinan.
– Kaidah: al-yaqīn lā yazūlu bisy-syakk—keyakinan tak hilang oleh ragu.
4. Wahm (الوَهْم) – dugaan lemah; peluang salah lebih besar dari benar.
– Tidak bisa jadi dasar penetapan hukum.
5. Jahl (الْجَهْل) – ketidaktahuan, ada dua:
– Jahl basīṭ: tidak tahu dan sadar tidak tahu.
– Jahl murakkab: tidak tahu tetapi merasa tahu (paling berbahaya).
Rujukan istilah (pilihan):
al-Juwainī, al-Burhān; al-Ghazālī, al-Mustashfā; al-Āmidī, al-Iḥkām; al-Jurjānī, at-Ta‘rīfāt (entri: al-‘ilm, az-zhann, asy-syakk, al-wahm, al-jahl).
????Implikasi Ushuliyyah & Kaidah Fiqh
(1) al-Yaqīn lā yazūlu bisy-syakk (اليقين لا يزول بالشك)
– Contoh: yang yakin berwudhu lalu syakk batal → tetap suci hingga ada yakin batal.
(2) al-Ashlu baqā’u mā kāna ‘alā mā kān (الأصل بقاء ما كان على ما كان)
– Hukum asal keadaan tetap sampai ada dalil berpindah (istishḥāb).
(3) al-Bayyinah ‘alā al-Mudda‘ī (البينة على المدعي)
– Klaim butuh bukti kuat (menghindari wahm & syakk).
(4) al-Umūr bi Maqāṣidihā (الأمور بمقاصدها)
– Menguatkan tahqīq al-manāṭ: jangan hukum berdasar wahm motif.
????Aplikasi pada Sumber Hukum
1. Nash Qath‘ī (al-Qur’an mutawātir & sunnah mutawātirah/ma‘nāwiyah) → menghasilkan ‘ilm.
2. Nash Ẓannī (khabar āḥād ṣaḥīḥ, dalālah ẓanniyyah) → melahirkan zhann ghālib; cukup untuk amal dan fatwa.
3. Qiyās & Istidlāl → derajatnya zhann, perlu penguat (qarā’in) agar naik ke zhann ghālib.
4. Istishḥāb → menjaga yaqīn dari gangguan syakk.
????Contoh
Penetapan awal Ramadhan: rukyat tidak terlihat dan langit mendung → mayoritas fuqahā’ kembali ke istikmāl (menyempurnakan 30 hari) berdasar yaqīn jumlah hari; menolak wahm (dugaan pribadi), berpegang pada hadis: «صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ… فإن غُمَّ عليكم فأكملوا العدة ثلاثين» (Muttafaq ‘alaih).
Ragu rakaat shalat: jika syakk jumlah rakaat, ambil yang paling sedikit (yang yakin), lalu sujud sahwi (HR. Muslim).
Sengketa harta: yang mengklaim memiliki beban bukti; lawan cukup bersumpah—untuk memindahkan dari syakk ke zhann yang bisa diterima hakim.
????Contoh Kontemporer
1. Informasi Media Sosial & Hoaks
Berita datang dari akun anonim → statusnya wahm/syakk. Kewajiban: tabayyun (QS 49:6).
Praktik: cek sumber primer, verifikasi tanggal, elak forward jika belum yaqīn.
2. Kesehatan & Sains
Rekomendasi medis berbasis randomized trials menghasilkan zhann ghālib yang cukup untuk keputusan kebijakan, bukan wahm dari testimoni tunggal.
3. Keuangan Syariah
Penilaian kehalalan instrumen baru (mis. e-wallet)—mulai dari syakk lalu naik ke zhann melalui takyīf fiqhī (akad, objek, risiko) & qarā’in (fatwa DSN, kepatuhan syariah).
4. Forensik Digital
Foto/ video bisa deepfake. Tanpa verifikasi hash/metadata → wahm. Diperlukan audit yang menaikkan status ke zhann ghālib atau ‘ilm (jika bukti tak terbantahkan).
????Panduan Praktis Bagi Penuntut Ilmu & Da’i
Utamakan ‘ilm: rujuk kitab primer & guru otoritatif.
Naikkan zhann → yaqīn: kumpulkan qarā’in (konsensus, praksis ulama, data kuat).
Kelola syakk: jika menyentuh ibadah, gunakan kaidah al-yaqīn…; jika muamalah—tunda keputusan sampai jelas.
Tolak wahm: jangan jadikan opini lemah sebagai dalil; hindari cherry-picking.
Sadari jahl: akui ketidaktahuan → pintu belajar terbuka, terhindar dari jahl murakkab.
????Hikmah
Tazkiyatun-nafs: membiasakan diri di atas yaqīn menumbuhkan ketenangan hati.
Adab ilmiah: merasa cukup dengan wahm adalah kesombongan; mengakui jahl adalah kejujuran.
Hifzhud-din: membedakan zhann & yaqīn menjaga kemurnian dalil dari prasangka.
Hifzhul-‘aql: umat yang kritis (tabayyun) akan kebal dari manipulasi informasi.
????Penutup
Memahami jenjang idrāk adalah fondasi bernalar secara syar‘i dan ilmiah. Ia menuntun kita membedakan bukti dari prasangka, keyakinan dari keraguan, serta ilmu dari kebodohan. Dengan itu, keputusan ibadah dan muamalah menjadi lebih terarah, adil, dan menenteramkan.
????Daftar Pustaka
Turāth & Ushul Fiqh
1. إمام الحرمين الجويني، البرهان في أصول الفقه.
2. أبو حامد الغزالي، المستصفى من علم الأصول.
3. سيف الدين الآمدي، الإحكام في أصول الأحكام.
4. علي بن محمد الجرجاني، التعريفات (مداخل: العلم، الظن، الشك، الوهم، الجهل).
5. الشاطبي، الموافقات.
6. ابن قدامة، روضة الناظر.
Hadis & Syarah
1. النووي، شرح صحيح مسلم.
2. ابن حجر العسقلاني، فتح الباري.
3. السيوطي، الجامع الصغير مع تخريجات الألباني.
Kaidah Fiqh
1. الزرقاء، شرح القواعد الفقهية.
2. مصطفى الزرقا، المدخل الفقهي العام.
Pendukung Kontemporer
1. Wahbah az-Zuhaylī, Uṣūl al-Fiqh al-Islāmī.
2. Yūsuf al-Qaraḍāwī, Kayfa Nata‘āmalu ma‘a as-Sunnah an-Nabawiyyah (etika bernalar dalam nash).
#zawiyahjakarta
#ushulfiqih
