Oleh: Hayat Abdul Latief

 

Ada 2 nasehat yang berguna untuk kita:

 

1. Nasehat yang diam yaitu kematian. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 

« أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ ». يَعْنِى الْمَوْتَ.

 

“Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan”, yaitu kematian”. (HSR. Tirmidzi)

 

Imam Abu Nu’aim dalam “Ma’rifatus Shohabah” (no. 195) meriwayatkan dengan sanadnya : Akhbaronaa Sulaiman bin Ahmad haddatsanaa Ishaq Al Khuzaa’iiy, haddatsanaa Az-Zubair bin Bakaar,

 

وكان نقش خاتمه رضي الله عنه كفى بالموت واعظا يا عمر

 

Adalah ukiran cincinnya Umar tertulis: “Cukuplah kematian sebagai nasehat’.

 

Berapa banyak manusia tahan terhadap ujian keburukan alias masih menjadi hamba Allah SWT yang taat. Namun setelah kemewahan dan datang fasilitas melancarkan urusan duniawinya justru berbalik menjadi orang lalai dan menerjang batasan-batasan seperti Qarun dan sejenisnya.

 

Setiap ada musibah atau kematian, sudah menjadi kelaziman mengucapkan _istirja’_

 

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ

 

Karena hakikatnya kita semua berada dalam kepemilikan Allah SWT dan kepada-Nya tempat kembali.

 

Keadaan kematian seseorang tergantung kebiasaannya di waktu

Sehat dan luangnya.

 

Ayo kita panjatkan doa kehadirat Allah SWT:

 

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ خَيْرَ عُمْرِي آخِرَهُ، وَخَيْرَ عَمَلِي خَوَاتِيمَهُ، وَخَيْرَ أَيَّامِي يَوْمَ أَلْقَاكَ فِيهِ

 

“Ya Allah, jadikanlah akhir umur akhir umur yang terbaik, penutup amal penutup amal yang terbaik dan hari terbaikku ketika berjumpa dengan-Mu.”

 

2. Nasehat yang berbicara yaitu Al-Qur’an.

 

اِنَّ هٰذَا الْقُرْاٰنَ يَهْدِيْ لِلَّتِيْ هِيَ اَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ اَجْرًا كَبِيْرًاۙ

 

“Sungguh, Al-Qur’an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar.” (QS. Al-Isra’: 9)

 

Berakibat fatal kalau kita tidak menggunakan pendengaran dengan sebaik-baiknya untuk menerima nasehat yang benar. Di antara penyesalan penduduk neraka yaitu karena di dunia tidak mau mendengar dan tidak mau menggunakan akal pikiran – wal ‘iyadz billah. Al-Qur’an menyebutkan:

 

وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ

 

“Dan mereka berkata: ‘Seandainya dulu kami di dunia mau mendengarkan dan mau menggunakan akal kami untuk memahami petunjuk Allah, maka mestinya sekarang kami tidak termasuk kedalam penghuni neraka yang menyala-nyala.’” (QS. Al-Mulk: 10)

 

*Faedah:*

 

*Satu,* orang beriman menerima banyak nasehat kebaikan dari berbagai pihak untuk kebaikan dunia dan akhiratnya.

 

*Dua,* secara garis besar ada dua nasehat, yang diam yaitu kematian dan yang berbicara adalah Al-Qur’an.

 

*Tiga,* “Sungguh, Al-Qur’an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar.” (QS. Al-Isra’: 9)

 

Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat

 

*(Penulis adalah Direktur Korp Da’i An-Nashihah dan Mahasiswa S2 Zawiyah Jakarta)*

 

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *