Oleh: Hayat Abdul Latief
Saya awali tulisan ini dengan mengutip surat Al-Kautsar:
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأَبْتَرُ
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus” (QS. Al Kautsar: 1-3).
Gambaran Telaga Rasulullah
Rasulullah SAW bersabda, “Tahukah kalian apa itu Al Kautsar?” “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”, jawab kami (kata para sahabat). Beliau bersabda,
فَإِنَّهُ نَهْرٌ وَعَدَنِيهِ رَبِّى عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْهِ خَيْرٌ كَثِيرٌ هُوَ حَوْضٌ تَرِدُ عَلَيْهِ أُمَّتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ آنِيَتُهُ عَدَدُ النُّجُومِ فَيُخْتَلَجُ الْعَبْدُ مِنْهُمْ فَأَقُولُ رَبِّ إِنَّهُ مِنْ أُمَّتِى. فَيَقُولُ مَا تَدْرِى مَا أَحْدَثَتْ بَعْدَكَ
“Al-Kautsar adalah sungai yang dijanjikan oleh Rabbku ‘azza wa jalla. Sungai tersebut memiliki kebaikan yang banyak. Ia adalah telaga yang nanti akan didatangi oleh umatku pada hari kiamat nanti. Bejana (gelas) di telaga tersebut sejumlah bintang di langit. Namun ada dari sebagian hamba yang tidak bisa minum dari telaga tersebut. Allah berfirman: Tidakkah engkau tahu bahwa mereka telah amalan baru sesudahmu.” (HR. Muslim, no. 400)
Dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ لِي حَوْضًا عَرْضُهُ كَمَا بَيْنَ أَيْلَةَ إِلَى الْكَعْبَةِ، أَوْ قَالَ: صَنْعَاءَ، أَشَدَّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ وَأَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ، فِيهِ آنِيَةٌ عَدَدُ نُجُومِ السَّمَاءِ، يَمُدُّهُ مِيزَابَانِ مِنَ الْجَنَّةِ أَحَدُهُمَا مِنْ وَرِقٍ، وَالْآخَرُ مِنْ ذَهَبٍ مَنْ شَرِبَ مِنْهُ لَمْ يَظْمَأْ بَعْدَهُ أَبَدًا مَنْ كَذَّبَ بِهِ لَمْ يُصِبْ بِهِ الشُّرْبَ
“Sungguh aku memiliki telaga yang luasnya bagai antara Eliya (Baitul Maqdis) dan Ka‘bah. Atau perawi mengatakan: antara Eliya dan Shana‘a (Yaman). Airnya lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu. Di sana banyak wadah sebanyak bintang di langit. Membentang kepadanya dua aliran dari surga. Yang satu aliran dari perak. Yang satu dari emas. Siapa pun yang meminum airnya tidak akan haus lagi selamanya,” (HR Abu Ya‘la dan Ibnu Hibban)
Telaga Rasulullah SAW, menurut hadist di atas, sangat luas seperti luasnya antara Baitul Maqdis dan Makkah. Panjangnya sama dengan lebarnya. Warna airnya lebih putih dari air susu. Rasanya lebih manis dari madu. Gelas-gelasnya bertebaran sebanyak bintang di langit. Telaganya dialiri oleh dua aliran dari surga. Siapa pun yang meminumnya tak akan merasa haus lagi. Menurut riwayat ‘Atha’, telaga inilah yang dimaksud dalam Surah Al-Kautsar, sebuah telaga yang diberikan Allah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di surga. Hanya saja, riwayat lain menyebutnya bukan telaga, melainkan sungai. Pertanyaannya, berapa banyak umat Rasulullah SAW yang akan mendatangi telaga itu? Ini dijawab dalam hadits riwayat Ahmad dari Zaid bin Arqam yang menyatakan, “Tidaklah kalian satu bagian pun dari seratus ribu orang yang akan mendatangiku di telaga pada hari Kiamat.” (https://islam.nu.or.id)
Orang-orang yang berhak meminum Telaga Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam:
1. Yang pertama kalinya mendatanginya adalah orang-orang fakir yang sabar dalam menghadapi kefakirannya.
أَوَّلُ مَنْ يَرِدُهُ عَلَيَّ فُقَرَاءُ أُمَّتِي
“Orang yang pertama kali mendatanginya (telaga) untuk menemuiku adalah orang-orang fakir dari kalangan umatku,” (HR Abu Dawud).
2. Mereka yang gemar memberi makan sampai kenyang kepada orang yang berpuasa di bulan Ramadhan. “Siapa yang memberikan makan orang yang berbuka puasa sampai kenyang di bulan itu, maka Allah akan memberikan dari telagaku sebuah minuman yang seseorang tidak akan merasa haus lagi sampai masuk surga.” Demikian riwayat Ibnu Khuzaimah dalam Shahih-nya dari Sa‘id bin Al-Musayyib.
3. orang yang senantiasa menjaga lisan dan tangannya kecuali untuk perkara-perkara yang sepatutnya, sebagaimana dalam salah satu hadits yang dikutip oleh Al-Ghazali dalam Kitab Mukasyafatul Qulub.
فَمَنْ أَحَبُّ أَنْ يَرِدَهُ عَلَيَّ غَدًا فَلْيَكْفُفْ لِسَانَهُ وَيَدَهُ إِلَّا مِمَّا يَنْبَغِي
“Ingatlah siapa saja yang ingin mendatangi telaganya, maka tahanlah lisan dan tangannya kecuali demi perkara yang selayaknya.”
Rasulullah SAW bersabda:
إِنِّي فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ مَنْ مَرَّ عَلَيَّ شَرِبَ وَمَنْ شَرِبَ لَمْ يَظْمَأْ أَبَدًا لَيَرِدَنَّ عَلَيَّ أَقْوَامٌ أَعْرِفُهُمْ وَيَعْرِفُونِي ثُمَّ يُحَالُ بَيْنِي وَبَيْنَهُمْ
“Aku adalah orang mendahului kalian di telaga. Siapa yang melewatiku akan meminumnya. Siapa saja yang meminumnya tidak akan haus lagi selamanya. Namun, ada sejumlah kaum yang aku kenali, dan mereka juga mengenaliku, tapi kemudian aku dan mereka terhalang,” (HR Ahmad)
Berkenaan dengan orang yang tak dapat meminum air di telaga tersebut, dari Aisyah radhiyallahu ‘anha: “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda di hadapan para sahabatnya:
إني على الحوض، أنتظر من يرد علي منكم، فوالله ليقتطعن دوني رجال، فلأقولن: أي رب! مني ومن أمتي، فيقول: إنك لا تدري ما عملوا بعدك
“Aku lebih dahulu dibanding kalian (sampai) di telaga. Ditunjukkan kepadaku (tentang telaga itu) beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan minuman untuk mereka dari telaga, mereka dijauhkan dariku. Lantas aku bertanya kepada Tuhanku: ini adalah umatku (mengapa dijauhkan?). Lalu Allah berfirman: ‘engkau sebenarnya tidak mengetahui bidah yang mereka buat sesudahmu.” (HR Muslim)
Imam Nawawi dalam Syarah Muslim menjelaskan bahwa para ulama saling berbeda pendapat tentang apa yang dimaksud dengan orang-orang yang disebut dalam hadits tersebut:
1./2. Orang munafik dan orang yang murtad. Mereka berkumpul di telaga layaknya burung-burung puyuh berkumpul. Kemudian Nabi memanggil mereka dikarenakan melihat sisa-sisa keislaman yang ada pada mereka. Kemudian (Allah) menegur Nabi, lalu berkata: “Mereka itu adalah orang yang meninggalkan agama mereka setelah engkau (meninggal), atau mereka yang mati namun belum kembali berislam lagi.”
Mereka yang hidup di zaman Nabi kemudian murtad setelah sepeninggal Nabi. Kemudian Nabi memanggil mereka, namun tidak ada bekas-bekas (jejak) wudhu yang terpancar dari mereka sebagaimana yang Nabi kenali semasa dulu. Kemudian dikatakan juga pada Nabi: “Mereka murtad setelah engkau (meninggal).
3. Para pelaku maksiat, pembohong-pembohong, yang mana mana perbuatannya itu boleh jadi menghambat mereka masuk ke dalam neraka. Namun demikian, diperbolehkan bagi mereka dijatuhi hukuman terlebih dahulu meski pada hakikatnya kelak, berkat rahmat Allah SWT, mereka diperkenankan masuk ke dalam surga tanpa diazab. (Sumber: Republika)
Faedah:
Satu, Al-Kautsar adalah Telaga atau sungai yang dijanjikan oleh Allah untuk Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam. Siapa yang meminumnya tidak akan pernah haus selama-lamanya.
Dua, orang-orang yang berhak meminum Telaga Kautsar: orang-orang fakir yang sabar dalam menghadapi kefakirannya, orang-orang yang gemar memberi makan orang yang berbuka puasa, orang-orang yang menjaga lisan dan tangannya.
Tiga, golongan yang terhalang dari meminum Telaga Kautsar: munafik, murtad dan pelaku maksiat. Wallahu a’lam.
Diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat!
(Khadim Korp Da’i An Nashihah dan Pelajar Ma’had Aly Zawiyah Jakarta)